Wantimpres: Dunia Perlu Belajar Penyelesaian Konflik di Maluku
AMBON- Pengalaman penyelesaian konflik Maluku dalam waktu yang relatif cepat dan singkat dapat dijadikan bagian dari kebijakan politik luar negeri untuk membantu konflik yang terjadi di belahan dunia saat ini.
“Kita bisa melihat bahwa konflik yang begitu mencekam pada waktu itu, dalam waktu relatif cepat bisa diselesaikan. Pemerintah perlu mengangkat pelajaran dari Maluku sebagai bagian dari kebijakan politik luar negeri untuk membantu berbagai masyarakat di belahan dunia lainnya, dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi,” ungkap Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Yahya Cholil Staquf saat melakukan pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Maluku bersama dengan para tokoh-tokoh agama dan pimpinan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang dipimpin Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua di Kantor Gubernur Maluku, Kamis (10/1/2019).
Pertemuan tersebut dalam rangka menjaring masukan terkait dengan kondisi Maluku dan kesiapan jelang Pemilu 2019.
Hal ini, kata Yahya, karena masyarakat Maluku sendiri, memiliki budaya yang sudah mengakar untuk membangun harmoni serta memiliki naluri untuk mempertahankan harmoni dalam masyarakatnya.
“Sebagian suku-suku di Indonesia pun pun jarang sekali dalam satu suku ada keragaman agama. Di Indonesia Batak agak mirip dengan Maluku bahwa dalam satu marga terdapat keragaman agama dan ini tidak mungkin ada di Eropa, Afrika, Timur Tengah ataupun tempat lain. Ini adalah energi harmoni yang tidak dimiliki di tempat lain,” katanya.
Dijelaskan, cara penyelesaian konflik di Maluku bisa dijadikan pelajaran yang sangat berharga. “Pengalaman inilah yang dapat dijadikan bagian dari kebijakan internasional untuk ikut berperan di dalam mengupayakan perdamaian dunia diberbagai wilayah,” jelasnya.
Yahya mengaku ketika dirinya berkunjung ke Yerusalem, Israel beberapa waktu lalu, untuk mengikuti diskusi dengan para akademisi dan para ahli, dirinya mengangkat tentang pengalaman Maluku dalam menyelesaikan konflik.
“Saya menyampaikan bagaimana Maluku mampu melakukan resolusi konflik dari masalah yang terjadi. Sambutan luar biasa menunjukan bahwa semua orang tertarik dengan pelajaran yang bisa di ambil dari pengalaman Maluku. Jadi pak Wagub, jangan terkejut jika, dalam waktu yang tidak terlalu lama mungkin akan ada banyak perhatian internasional kepada Maluku, karena dunia ini sedang butuh belajar dari Maluku,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua mengatakan, stabilitas keamanan di Maluku sangat terjamin.
“ Sejak konflik hingga kini, sudah 15 tahun kita hidup aman dan tentram, karena kerukungan hidup umat beragama ini sangat baik,” kata Sahuburua.
Menurutnya, kerukungan hidup dan toleransi orang beragama di Maluku sudah mengakar dan menjadi tradisi sejak dulu.
“Kalau bapak lihat di Jawa, kalau Lebaran, belum tentu orang Kristen datang berkunjung ke saudara yang beragama Islam. Tapi di Maluku, mereka saling bersilaturahmi. Sebaliknya jika Natal akan seperti itu juga akan saling berkunjung. Dan bukan hanya Islam atau Kristen tetapi semua datang berkunjung, bersilaturahmi, mengucapkan selamat hari raya,” ungkapnya.
Sebaliknya juga, jelas Sahuburua, hal unik terlihat pada saat perayaan hari raya masing-masing agama, terlihat penjagaan rumah-rumah ibadah.
“Kalau kita ada ibadah Natal di gereja, yang menjaga keamanan itu juga saudara-saudara kita yang beragama Islam, Hindu dan Budha. Begitupula waktu Lebaran saat Salat Idul Fitri, umat yang bukan Islam itu datang untuk turut menjaga pelaksanaan salat di masjid-masjid,” tandasnya. (MT-04)