1. Beranda
  2. Pendidikan

UKIM Gelar PKMS Di Desa Tawiri

Oleh ,

AMBON -  Setiap musim penghujan akan memunculkan berbagai kekhawatiran terutama bagi penduduk yang bermukim pada lereng-lereng bukit maupun pegunungan.

Musim penghujan di Tahun 2020 pada bulan Mei juga menyebabkan terjadi beberapa kejadian longsoran dengan tipe-tipe yang beragam pada berbagai tempat di Kota Ambon.

Kondisi ini sering memberikan dampak yang tidak nyaman secara psikologi sebab memunculkan berbagai kekhawatiran yang mengarah pada kerugian-kerugian yang tidak diinginkan.

Program Pengabdian Kepada Masyarakat Stimulan (PKMS) yang dijalankan oleh kolaborasi Tim Dosen Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) dan Universitas Pattimura (Unpatti) yaitu Felix Charlos Johnlow Kastanya dan Ferat Puturuhu bersama mahasiswa Sean Patty dan Mesak Miru melaksanakan beberapa kegiatan sesuai tema dimaksud.

“Program tersebut diarahkan untuk menanggulangi longsoran parsial guna mencegah longsoran yang mengarah menjadi massif, serta peningkatan pengetahuan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi,” ungkap Felix Charlos Johnlow Kastanya kepada malukuterkini.com, di Ambon, Rabu (12/8/2020).

Menurutnya, kegiatan ini didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Jakarta melalui program PKMS Penanggulangan Bahaya Longsor Periodik di Dusun Wailawa Desa Tawiri Kota Ambon sebagai melakukan upaya awal penanganan terhadap kejadian longsor periodik di Dusun Wailawa, dengan SK Nomor 05/UKIM/SPPPM/H7 /2020.

“Sebelum melaksanakan program dilakukan survey awal terhadap kondisi lereng yang dihuni warga, setelah tim berkoordinasi dengan mitra. Hal ini untuk memastikan penerapan Iptek tepat sasaran dan dapat dievaluasi guna kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan. Survey yang dilakukan menunjukan beberapa lokasi mengalami longsoran secara parsial mengikuti kondisi longsoran parsial tahun sebelumnya,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, penanganan yang dilakukan pada lokasi mitra adalah menanam stek-stek pohon gamal dengan ketinggian bervariasi dimulai dari 25 cm hingga 200 cm. Selain itu juga membuat perkerasan pada bagian atas lereng dengan menggunakan campuran beton mutu sedang.

“Campuran beton ini berfungsi sebagai perekat antara stek yang satu dan yang lain pada bagian tepi (bagian yang sangat dekat dengan bagian lereng yang pernah longsor atau lereng yang dipotong) dari atas lereng, sehingga stek ini tidak mudah tercabut akibat ditabrak oleh binatang peliharaan atau karena gangguan lainnya. Pada sisi lereng lainnya juga ditanami stek-stek pohon gamal kearah puncak gunung dengan jarak bervariasi disesuaikan dengan kondisi vegetasi sekitar. Campuran beton ini juga berfungsi untuk menahan dan mengarahkan air agar bergerak menjauhi badan lereng yang telah terbuka atau terekspose karena longsoran parsial sebelumnya, sehingga longsoran parsial berikutnya dapat dihindari akibat adanya retakan pada dinding lereng yang berakibat munculnya lobang pada badan lereng yang akan memicu jatuhan (guguran) tanah karena pengaruh masuknya air sehingga tahanan geser tanah terlampaui dan gaya gravitasi yang semakin meningkat dan memicu longsoran massif,” jelasnya.

Dikatakan, pihaknya juga membuat dinding pengaman dengan ketinggian bervariasi pada kaki lereng yang dipotong. Produk ini berfungsi untuk mengamankan kaki lereng sebagai langkah penanganan awal dan memudahkan pembersihan lanjutan tanpa mengganggu kaki lereng sebagai penyokong lereng. Pada sisi lainnya dinding yang terbentuk pada kaki lereng dapat dimanfaatkan mitra sebagai papan informasi atau papan pengumuman bagi warga disekitar lokasi tersebut.

“Selain itu juga dibuat bangunan pengaman berupa rumah tidak permanen yang berfungsi melindungi salah satu dinding pengaman, sehingga memudahkan pengamatan lanjutan dilokasi terhadap karakteristik dinding pengaman saat hujan maupun panas,” katanya.

Menurut Kastanya, tim berhasil membuat beberapa produk pada 3 lokasi yaitu pada lokasi 1 dibuat dinding pengaman kaki lereng setinggi 40 cm sepanjang 6 meter, dinding pengaman lereng setinggi 1.5 meter dengan panjang 3 meter, bangunan pengaman tidak permanen untuk melindungi dinding pengaman lereng dan pengecoran dan penanaman stek pohon gamal dengan tinggi bervariasi 30 cm sampai 200 cm sepanjang pinggiran (tepi) lereng bagian atas dan daerah lereng.

“Pada lokasi 2 dilaksanakan pengecoran dan penanaman stek pohon gamal sepanjang pinggiran (tepi) lereng bagian atas dengan panjang 10 meter dan lebar 30 sampai 50 cm, sedangkan panjang stek pohon gamal 25 sampai 50 cm,” ungkapnya.

Sementara pada lokasi 3, penanaman stek pohon gamal sepanjang pinggiran (tepi) lereng bagian atas dengan panjang stek pohon gamal 25 sampai 200 cm hingga ke arah puncak gunung, dan pengecoran pada daerah atas tepi lereng yang dipotong dengan ukuran panjang 15 meter dan lebar 30 sampai 50 cm. pada bagian kaki lereng belakang rumah warga yang longsor dibuat dinding pengaman kaki lereng setinggi 70 cm sepanjang 10 meter dengan cara dicor.

“Kegiatan akhir dari pengabdian ini adalah melakukan sosialisasi tentang bencana longsoran dan penanganannya, yang terdiri atas tiga kegiatan yaitu Pree test untuk mengetahui pengetahuan awal mitra, presentasi materi kegiatan, dan post test untuk mengetahui tingkat pemahaman mitra. Untuk kegiatan sosialisasi dibagi pada dua lokasi untuk membatasi jumlah peserta mengingat kondisi PSBB karena pandemi Covid-19 yang masih berlangsung di Ambon. (MT-06)

Berita Lainnya