Geliat Pendayung Perahu Galala-Poka Di Tengah Pandemi Covid-19
Di tengah pandemi Covid-19, perahu-perahu terus melaju membelah perairan Teluk Ambon, Jumat (6/11/2020). Sejumlah pendayung perahu sibuk bergeliat menyemberangkan warga pengguna jasa dari Desa Galala – Kecamatan Sirimau ke Desa Poka – Kecamatan Teluk Ambon walaupun kini harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Keberadaan para pendayung perahu di lintasan Galala – Poka memang sudah dikenal sejak lama. Namun kini moda transportasi laut di bawah Jembatan Merah Putih (JMP) Ambon tersebut tampil berbeda dari biasanya. Perahu-perahu yang melintasi jalur Galala - Poka maupun Galala - Rumah Tiga itu kini harus menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemei Covid-19.
Siang itu, Jumat (6/11/2020) sejumlah warga yang hendak menggunakan jasa perahu terlihat juga terlihat mematuhi protokol kesehatan. Semuanya menggunakan masker dan rata=rata setiap perahu hanya memuat satu orang penumpang. Beda dari biasanya yang rata-rata 2 -3 orang dalam satu perahu sekali jalan.
Polly Radjawane (62) salah salah satu diantara sejumlah pendayung perahu mengaku selama masa pandemic Covid-19 tersisa 10 perahu yang melayani penumpang di jalur tersebut.
“Dulu ada banyak perahu, namun seiring hadirnya Jembatan Merah Putih (JMP) maka jumlahnya berkurang. Kemudian saat pandemi Covid-19, jumlah perahu lagi-lagi terus berkurang,” ujar Polly kepada malukuterkini.com, Jumat (6/11/2020).
Di tengah pandemi Covid-19, Polly mengaku dirinya maupun rekan-rekannya sesame pendayung perahu menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
“Sudah pasti kita terapkan protokol kesehatan yang ketat. Penumpang yang naik wajib memakai masker. Begitu juga dengan para pendayung juga gunakan masker,” ungkapnya.
Tak hanya itu, jumlah penumpang dalam perahu sekali jalan juga dibatasi.
“Dulu sebelum pandemi Covid-19 itu penumpang tiga orang dalam perahu sekali jalan teapi sejak Covid-19 jumlahnya dikurangi menadi 1 – 2 orang saja. Jadi kita menerapkan protokol kesehtaan menjaga jarak dalam perahu,” ujarnya.
Kendati menerapkan protokol kesehatan yang ketat, namun Polly yang warga Desa Rumah Tiga itu mengaku tarif jasa perahu tetap Rp 5.000/trip.
“Tarif yang kita berlakukan Rp 5.000/trip. Tarif ini tidak pernah berubah. Jadi mau muat satu atau dua penumpang tetap tarifnya Rp 5.000/trip,” ungkapnya.
Menurutnya, jika dulu dirinya maupun para pendayung lainnya bisa meraup pendapatan hingga lebih dari Rp 150 ribu/hari, namun paling maksimal Rp 50.000/hari.
“Pendapatan itu juga bisa kita dapat jika beroperasi dari pukul 07.00-18.00 WIT. Kita bergilir melayani penumpang,” ujarnya.
Ia pun berharap ada perhatian dari pemerintah bagi para pendayung perahu.
Semoga suara hati para pedayung perahu yang melintasi jalur Galala - Poka maupun Galala - Rumah Tiga itu dapat terwujud, sebab yang mereka telah menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitasnya sebagaimana yang diarahkan oleh pemerintah. (malukuterkini.com/delsy aleida muskitta)