Stabilitas Sektor Jasa Keuangan di Maluku Terjaga

AMBON, MalukuTerkini.com - Walaupun ekonomi mengalami pertumbuhan yang melambat, stabilitas sektor jasa keuangan di Provinsi Maluku tetap terjaga.
Kepala OJK Provinsi Maluku, Andi M Yusuf menjelaskan sektor jasa keuangan pada Juni 2024 di Maluku terjaga stabil dengan kinerja intermediasi yang cukup baik dan tingkat risiko yang terkendali di tengah perlambatan ekonomi Maluku.
"Kinerja Positif di Tengah Perlambatan Ekonomi berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Maluku triwulan II 2024 melambat dari 5,41 persen yoy menjadi 3,12 persen yoy. Namun demikian, kondisi tersebut tidak mempengaruhi kinerja sektor jasa keuangan di Maluku. Hal tersebut tecermin dari penyaluran kredit perbankan di Maluku sebesar Rp23,01 triliun yang tumbuh 7,25 persen yoy. Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi, yaitu sebesar 36,12 persen yoy. Sementara itu, secara nominal yang terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai sebesar Rp15.86 triliun dengan porsi 68,95 persen," jelas Yusuf kepada wartawan di kantor OJK Provinsi Maluku, Senin (12/8/2024).
Sementara itu, kualitas kredit juga terjaga dengan rasio Pinjaman Bermasalah (NPL) Gross sebesar 2,52
persen. Loan at Risk (LaR) menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 6,35 persen dari triwulan II 2023 sebesar 16,73 persen. Total penyaluran kredit perbankan tersebut lebih tinggi dibandingkan total penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat sebesar Rp18,37 trilliun, sehingga indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Maluku mencapai 105,16 persen.
"Hal ini dipengaruhi oleh relatif baiknya permintaan kredit di Maluku, terutama pada sektor UMKM yang dapat tumbuh double digit 10 persen yoy. Penyaluran kredit UMKM tersebut ditopang oleh realisasi KUR Semester I 2024 di Maluku yang telah menyasar 12.200 pelaku UMKM dengan capaian nominal Rp558,07 miliar atau 54,67 persen dari target penyaluran KUR di Maluku tahun 2024 yang sebesar Rp1,02 trilliun," jelasnya.
Dikatakan, perusahaan Pembiayaan dan Fintech P2P juga tumbuh pada sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), piutang Perusahaan Pembiayaan
di Maluku juga tumbuh sebesar Rp250,48 miliar (21,27 persen yoy) menjadi sebesar Rp1,43 triliun yang didominasi pada tiga sektor, yaitu perdagangan besar sebesar Rp233,00 miliar (16,32 persen), Bukan Lapangan Usaha Lainnya sebesar Rp224,39 miliar (15,72 persen), dan Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp131,40 miliar (9,20 persen) dengan rasio non performing financing yang terjaga sebesar 1,23 persen.
Selain itu, pada industri Fintech P2P akumulasi pinjaman tumbuh signifikan sebesar Rp435,79 miliar atau 53,82 persen yoy disertai pertumbuhan akumulasi lender dan borrower masing-masing sebanyak 334 rekening (21,97 persen) dan 36.808 rekening (20,33 persen), dengan Tingkat Wanprestasi (TWP) 90 yang rendah.
Ia juga menambahkan, sektor pasar modal di Maluku juga menunjukan tren positif. Jumlah investor meningkat menjadi 48.478 SID atau naik sebesar 65,66 persen yoy. Peningkatan
jumlah investor juga berdampak pada peningkatan nilai transaksi saham di wilayah Maluku menjadi sebesar Rp1,32 triliun atau tumbuh 130,13 persen yoy. (MT-05)
Komentar