1. Beranda
  2. Pendidikan

Inilah Guru Besar Kedua di FATEK Unpatti

Oleh ,

AMBON, MalukuTerkini.com –  Richard Benny Luhulima menjadi guru besar kedua di Fakultas Teknik (FATEK) Universitas Pattimura (Unpatti) setelah dikukuhkan sebagai guru besar dalam ranting ilmu/kepakaran Teknik Kelautan dan Ilmu Kelautan.

Pengukuhan dilakukan oleh Rektor Unpatti Fredy Leiwakabessy saat Rapat Terbuka Luar Biasa  Senat Unpatti yang berlangsung di Auditorium Unpatti, Kamis (22/5/2025).

Luhulima saat pengukuhan tersebut menyampaikan pidato bertajuk “Adaptasi dan Inovasi: Menjawab Kebutuhan Transportasi Laut di Kepulauan Indonesia yang Ramah Lingkungan”.

Dalam pidatonya tersebut, Luhulima yang saat ini menjabat Direktur Pscasarjana Unpatti mengatakan, miniatur Indonesia adalah perairan Maluku yang memiliki tipikal perairan yang relatif tenang diantara pulau-pulau yang berdekatan dan sangat bergelombang untuk laut yang terbuka dan jarak antara pula-pulau yang cukup berjauhan.

“Dengan memiliki dua zona laut yang berbeda karateristik yaitu laut terbatas yang masih dikatagorikan laut tenang karena tinggi gelombang masih dibawah 1 meter, sea state 1– 3. Sebaliknya dengan alur pelayaran laut terbuka yang dengan kondisi iklim dan cuaca yang sangat cepat berubah ubah serta tinggi gelombang dapat mencapai ketinggian 3 - 5meter (sea state 5 - 7), yang cenderung membuat ketidaknyamanan bahkan mengancam keselamatan jiwa dilaut. Alur pelayaran yang sering menjadi perhatian banyak pihak baik itu Pemerintah maupun operator kapal adalah alur pelayaran dari ambon ke Maluku tenggara dan alur pelayaran dari ambon ke pulau Halmahera Maluku Utara yang harus dilalui melewati alur pelayaran laut terbuka,” katanya.

Menurut Luhulima yang menamatkan Program Doktor Teknik Perkapalan, pada Fakultas Teknik Institut Teknologi Sepuluh Nopember tahun 2017, besarnya permintaan akan kapal untuk memenuhi kebutuhan transportasi laut pada Provinsi Maluku

“Itu terbukti dengan semakin bertambah banyak jumlah kapal yang beroperasi pada perairan Maluku baik itu kapal barang maupun kapal penumpang barang. Sebagian besar kapal-kapal yang beroperasi diperairan berukuran dibawah 60 M. Yang pada kenyataanya kapal-kapal ini tidak dapat beroperasi secara maksimal ketika kondisi iklim dan cuaca tertentu terutama pada bulan Januari dan Juni dimana pada kedua bulan ini sesuai dengan data BMKG tinggi gelombang mencapai sea state 5-7,” ungkapnya.

Dari data jarak antara pulau yang bervariasi, jelas Luhulima yang menamatkan Program Magister Teknik Perkapalan pada Fakultas Teknik Institut Teknologi Sepuluh Nopember tahun 2003, memberikan  isyarat bahwa Provinsi Maluku sangat membutuhkan sarana tranportasi laut (kapal) yang baik dan efisien agar dapat merangkai pulau-pulau yang terbentang.

“Pemilihan kapal multihull sebagai moda transportasi di Kepuluan Maluku meliki kelebihan yang cukup baik untuk dioperasikan, yaitu memiliki luasan geladak yang luas, stabilitas yang bagus juga memiliki hambatan yang lebih kecil sehingga daya mesin yang dibutuhkan juga lebih kecil sehingga penggunaan kapal multihull menjadi semakin ramah lingkungan dan lebih irit dari segi ekonomis,” jelas Luhulima yang yang juga mejadi Staf Ahli Perkapalan pada Kejaksaan Agung Republik Indonesia sejak tahun 2015 hingga saat ini. (MT-01)

Berita Lainnya