Anderson Palinussa, Aktivis yang Kini Jadi Profesor Matematika Unpatti
AMBON, MalukuTerkini.com – Guru Besar di jajaran Universitas Pattimura hari ini Senin (11/8/2025) bertambah 5 orang. Satu diantaranya Profesor Dr. Anderson Leonardo Palinussa, S.Pd, M.Pd.
Pengukuhan tersebut berlangsung dalam Rapat Terbuka Luar Biasa Senat Unpatti yang berlangsung di Auditorium Unpatti, Ambon, Senin (11/8/2025).
Palinussa yang dulu dikenal sebagai aktivis mahasiswa hingga menjadi Sekretaris DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Maluku periode 2013-2017 kini dikukuhkan menjadi Guru Besar Dalam Ranting Ilmu/Kepakaran Pendidikan Matematika Dalam Bidang Pendidikan Matematika Realistik pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unpatti.
Saat dikukuhkan, Palinussa yang merupakan lulusan SMAN 1 Ambon tahun 1997 ini menyampaikan pidato bertajuk “Implementasi Pendekatan Matematika Realistik Melalui Konteks Kehidupan Nyata Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika”.
Doktor lulusan Program Pendidikan Matematika, pada Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tahun 2012 ini menjelaskan esensi dari Realistic Mathematics Education (RME) yaitu menjadikan matematika sebagai bagian yang nyata dan relevan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
“implementasi pendekatan RME bukan sekadar inovasi pedagogis, tetapi merupakan jalan strategis untuk merevitalisasi pembelajaran matematika yang lebih kontekstual, inklusif, dan transformatif, khususnya di Provinsi Maluku. Keunikan geografis kepulauan dan kekayaan budaya lokal bukanlah hambatan, melainkan peluang besar untuk membumikan matematika dalam kehidupan nyata siswa,” jelas Palinussa yang sejak tahun 2013 – 2025 telah melakukan 5 kali penelitian terkait RME di Maluku.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya serta praktik keseharian masyarakat lokal ke dalam konteks pembelajaran, menurutnya, maka tidak hanya membangun pemahaman matematis yang lebih dalam, tetapi juga membentuk karakter dan jati diri generasi penerus bangsa.
“Melalui komitmen kolektif antara guru, akademisi, pemerintah daerah, dan masyarakat, RME dapat menjadi fondasi bagi terwujudnya pendidikan matematika yang adil, relevan, dan bermakna. Semoga ini menjadi pemantik bagi langkah-langkah konkret dalam memperjuangkan pendidikan matematika yang berpihak pada keragaman lokal, demi mencerdaskan kehidupan bangsa,” ungkap lulusan Program Magister Pendidikan Matematika pada Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya tahun 2008 ini.
Palinussa yang menjadi dosen FKIP Unpatti sejak tahun 2003 ini, keunikan geografis dan keragaman budaya Maluku justru menjadi aset penting dalam implementasi RME yang menekankan pada kontekstualisasi lokal sebagai jembatan pemahaman matematis.
“Setiap pulau di Maluku memiliki karakteristik budaya, sumber daya alam, dan aktivitas ekonomi yang khas mulai dari nelayan di pesisir, petani di pedalaman, hingga komunitas adat yang menjaga tradisi turun-temurun. Kekayaan lokal ini memberikan peluang luas bagi guru untuk merancang konteks pembelajaran yang otentik, bermakna, dan dekat dengan dunia nyata siswa,” katanya.
RME, jelas Palinussa yang saat ini mebjabat Wakil Dekan FKIP Unpatti Bidang Kemahasiswaan dan Alumni memberikan keleluasaan pedagogis kepada guru untuk menjadikan kehidupan sosial, ekosistem alam, dan praktik budaya masyarakat sebagai titik tolak pembelajaran matematis.
“Pendekatan ini sejalan dengan prinsip mathematizing dalam RME, yaitu proses di mana siswa membangun model matematika dari fenomena nyata,” jelas mantan Ketua Jurusan Pendidikan Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Unpatti periode 2016 – 2020 dan 2020 – 2024 ini, (MT-01)