Sekilas Info

Maria Nindatu Dikukuhkan Jadi Guru Besar Parasitologi Unpatti

AMBON, MalukuTerkini.com – Profesor Dr. Dra. Maria Nindatu, M.Kes dikukuhkan sebagai Guru Besar Dalam Ranting Ilmu/Kepakaran Parasitologi pada Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Pattimura (Unpatti).

Pengukuhan tersebut berlangsung dalam Rapat Terbuka Luar Biasa Senat Unpatti yang berlangsung di Auditorium Unpatti, Ambon, Senin (11/8/2025).

Nindatu saat pengukuhan menyampaikan pidato pengukuhan bertajuk “Back to Nature: Upaya Eliminasi Penyakit Malaria di Daerah Kepulauan Maluku Menuju Bebas Malaria 2030”.

Dalam pidatonya, Nindatu yang  menamatkan Program Doktoral Jurusan MIPA Minat Parasitologi dan Natural Product pada Program Pascasarjana Universitas Airlangga tahun 2008 ini memaparkan kajian riset terintegrasi dari  tanaman antimalaria di  daerah kepulauan di Maluku, yang memiliki potensi menurunkan parasitemia penyakit malaria yang telah  dilakukan.

Ia merincikan, beberapa jenis tanaman obat sebagai  antimalaria yang secara empiris digunakan  masyarakat di daerah Kepulauan di Maluku telah dikaji secara ilmiah antara lain Cempedak (Artocarpus Champeden Spreng), Lemburung Meit (Clerodenrum inerme L), Kayu Titi (Alstonia, sp), Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dan Lamun (Enhalus acaroides).

“Secara tradisional di Maluku dan Papua  kulit batang cempedak digunakan untuk mengobati demam, diare dan penyakit malaria. Tanaman lain yang juga memiliki potensi antimalaria yaitu Lemburung meit (Clerodendrum inerme L). Secara empiris tanaman ini digunakan masyarakat di kabupaten Maluku Tengah  untuk mengobati demam, diabetes dan penyakit malaria,” ungkap Nindatu yang menamatkan Program Pascasarjana Ilmu Kedokteran Minat Parasitologi pada Program Pascasarjana Universitas Airlangga tahun 2000 ini.

Ia menjelaskan, oenelitian aktivitas antimalaria terhadap Kayu titi (Alstonia, sp) juga dilakukan berdasarkan data empiris masyarakat di daerah kepulauan Maluku Barat Daya (MBD), yang menggunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati malaria dan diabetes.  Pengujian  yang dilakukan secara in vivo pada mencit terinfeksi malaria, diketahui dapat menurunkan tingkat parasitemia di bawah 50%, dan memiliki aktivitas  antioksidan yang tinggi.

“Herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) juga merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati malaria. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui ekstrak tanaman ini memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Plasmodium falciparum.         Penelitian lanjutan Uji klinik fase 2 yang dilakukan di Kecamatan Seram Bagian Barat, bekerjasama dengan Universitas Airlangga dilakukan di 7 dusun di Piru, Seram Bagian Barat-Maluku (Tanah goyang, Olas, Ani, Hatumuli, Lumoli, KM1, dan Tanopol)  dengan jumlah subjek yang diskrining sebanyak 577 orang.  Hasil penelitian  menujukkan 66% pasien negatif pada hari keempat dan 100% pada hari ke 14 setelah diterapi tablet AS201-01 berbahan dasar sambiloto (Tantular dkk, 2016.). Hal ini menjadi dasar penggunaan tablet sambiloto yang aman, efektif dan ramah lingkungan,” jelasnya.

Nindatu yang saat ini menjabat Wakil Direktur Bidang Keuangan dan Umum Program Pascasarjana Unpatti Periode 2024 – 2028 ini juga memaparkan, penelitian pengembangan tanaman obat untuk meningkatkan imunitas tubuh, juga dilakukan  terhadap jenis Seagrass, Enhalus acaroides (Lamun). Penelitian yang dilakukan di 7 kabupaten/Kota di Maluku, dari sisi karakteristik lingkungan dan aktivitas   antioksidan menunjukkan beberapa kabupaten kota di Maluku,memiliki karakteristik daerah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman tersebut, yaitu Kabupaten Seram Bagian Barat, kabupaten Maluku Barat Daya, Kota Ambon dan Kabupaten Buru.

“Pengujian aktivitas antioksidan biji lamun, menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang tinggi yang dapat diaplikasi untuk menaikan imunitas tubuh pasien dengan penyakit infeksi terutama aplikasi pada pasien HIV-AIDS sehingga dapat dikembangkan sebagai bahan dasar pengembangan obat alami untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap penyakit infeksi,” ungkapnya.

Mantan Wakil Direktur Bidang Akademik Program Pascasarjana Unpatti  periode 2022-2023 ini berharap pengembangan potensi tanaman lokal dengan aktivitas antioksida tinggi dapat kilakukan guna dijadikan inovasi  produk nutraceutical untuk menaikan daya tahan tubuh masyarakat di daerah endemic di Provinsi Maluku.

“Kebijakan pemerintah daerah dan kajian  terintegrasi untuk memetakan kembali daerah kasus yang belum mencapai tingkat keberhasilan >95%  dapat mempermudah pengawasan dan kolaborasi terintegrasi dalam memutuskan rantai penularan vektor penyakit yaitu nyamuk Anopheles sp, serta meningkatkan aplikasi upaya penanggulangan penyakit sesuai tingkat endemisitas suatu wilayah,” ungkapnya.

Mantan Kepala Laboratoriun Parasitologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Unpatti Tahun 2018-2022 ini kerjasama lintas program, lintas sektor, mitra potensial dan lintas wilayah, termasuk lintas negara merupakan suatu terobosan yang sangat prospektif.

“Semua upaya yang dilakukan secara bersama terintegrasi lintas sektor, dengan pengawasan dan evaluasi yang kontinu akan mengantar kita menuju masyarakat Maluku Bebas Malaria di tahun 2030 yang mendukung tujuan bangsa Indonesia Emas tahun 2045,” kata mantan Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran Unpatti Periode 2013 – 2017 ini.  (MT-01)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!