Kodam Pattimura Dirikan Posko Terpadu di Tanimbar Pasca Gempa

AMBON, MalukuTerkini.com – Pangdam XVI/ Pattimura Mayjen TNI Ruruh A Setyawibawa memerintahkan jajarannya untuk segera berkoordinasi dengan unsur terkait dan mengambil langkah-langkah penanggulangan bencana serta mendirikan posko terpadu di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Perintah Pangdam Pattimura menyikapi situasi dan kondisi pasca Gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo M 7,9 (parameter update M 7,5) yang terjadi di Laut Banda, Selasa (10/1/2023) pukul 02.47 WIT.
"Segera ambil langkah penanganan dan dirikan posko terpadu penanggulangan bencana ditingkat Kodim, juga tingkat Koramil untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau pengerahan sumberdaya dalam rangka penanganan tanggap darurat bencana secara cepat, tepat, efektif dan efisien," tandasnya.
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana didirikan di Kodim 1507/ Saumlaki Kabupaten Kepulauan Tanimbar bersama Pemkab, Polres dan unsur terkait.
Selain itu pada tingkat Koramil/Kecamatan juga didirikan posko, mengingat penduduk yang terdampak ini menyebar saling berjauhan diantaranya di Kecamatan Tanimbar Selatan , Kecamatan Kormomolin dan Kecamatan Wuarlabobar.
Tak hanya itu, posko- posko tadi juga menyediakan posko bantuan berupa posko pengungsi, dapur umum dan pelayanan kesehatan.
Sebagaimana diketahui, gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo M 7,9 yang terjadi di kawasan Laut Banda khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, Selasa (10/1/2023) pukul 02.47 WIT.
“Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M7,5. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 7,37° LS ; 130,23° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 136 Km arah Barat Laut Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku pada kedalaman 130 km,” jelas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya yang diterima malukuterkini.com, Selasa (10/1/2023).
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, menurut Daryono, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi Laut Banda.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” ungkapnya.
Ia merincikan gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Saumlaki dengan skala intensitas V MMI (Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun), daerah Dobo, Tiakur IV MMI (Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi), daerah Sorong, Kaimana, Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata dengan skala intensitas III-IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), daerah Kairatu, Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wamena, Bakunase, Kolhua, Sabu, Rote, Ende, Amarasi Selatan, Kota Kupang dengan skala intensitas II-III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu), daerah Ambon dan Piru II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini Berpotensi Tsunami, dengan tingkat ancaman Siaga di Maluku Tengah, Kepulauan Maluku Tenggara, Kabupaten Kepukauan Tanimbar dan Kota Ambon; sedangkan tingkat ancaman Waspada di Maluku Tenggara, Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat, Buru, Wakatobi, Kendari Pulau Watulumango, Kepulauan Kendari, Konawe Bagian Selatan, Kota-Kendari dan Kendari,” rincinya. (MT-04)
Komentar