‘Colie’ Juara Umum SIDAYR 2019

AMBON – Kapal layar Colie berbendera Australia tampil sebagai juara umum Spice Islands Darwin Ambon Yacht Race (SIDAYR) 2019.
Kapal layar dengan skipper Doug Salis itu memasuki finish, Selasa (6/8/2019) pukul 16.44 WIT setelah start dari Darwin – Australia, Sabtu (3/8/2019) pukul 10.00 waktu setempat atau 09.30 WIT, dengan waktu tempuh 76 jam, 53 menit, 22 detik, yang kemudian dikoreksi menjadi 82 jam, 53 menit, 13 detik.
Trophy juara umum diserahkan Wakil Wali Kota Ambon Syarif Hadler kepada skipper Doug Salis saat pengumuman pemenang SIDAYR 2019, di Hotel Tirta Kencana, Negeri Amahusu, Ambon, Maluku, Sabtu (10/8/2019). Pengumuman pemenang disampaikan Ketua Dinah Beach Cruising Yacht Association, Joy Eggenhuizen.
Selain juara umum, Colie juga tampil sebagai juara 1 kategori Cruising Monohull yang diikuti 6 kapal layar. Tahun 2018 lalu, Colie hanya menempati posisi juara 2 kategori Cruising Monohull SIDAYR.
Juara kedua kategori Cruising Monohull diraih kapal layar Wallop dengan skipper Marcus Ilton catatan waktu 83 jam, 56 menit 10 detik dan juara ketiga kapal layar Liquidity II dengan skipper Greg Dix (92 jam, 24 menit 6 detik).
Sementara juara kategori Cruising Multihull diraih kapal layar Cockatoo dengan skipper Deb Hallet (86 jam, 25 menit, 49 detik) dan juara kedua Vitamin B dengan skipper Steve Winspear (93 jam, 1 menit, 37 detik). Kategori ini sebenarnya diikuti 3 kapal layar, namun kapal layar Pseudorca dalam pelayarannya memutuskan untuk menggunakan mesin hingga masuk finish, sehingga tidak terhitung sebagai peserta race. Vitamin B merupakan juara kategori Cruising Multihull tahun 2018.
Sedangkan di kategori IRC Racing hanya diikuti kapal layar Antipodes yang merupakan satu-satunya kapal layar yang bukan berbendera Australia. Kapal layar dengan skipper Geoff Hill tersebut berbendera Hongkong dan merupakan juara umum dan juara kategori IRC Racing SIDAYR 2018.
Antipodes memasuki finish di Pantai Negeri Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Ambon, Maluku Senin (5/8/2019) sekitar pukul 19.44 WIT dan membukukan catatan waktu 58 jam, 14 menit, 56 detik. Catatan waktu tersebut kemudian dikoreksi menjadi 80 jam, 23 menit. Hasil tersebut membuat Antipodes juga merebut trophy Line Honours (kapal layar yang paling cepat memasuki finish).
Kendati tercepat masuk finish, namun Antipodes belum memecahkan rekor catatan waktu yang dibuat Antipodes sendiri di tahun 2016 yaitu 52 jam 29 menit.
Sebelum penyerahan trophy kepada para pemenang SIDAYR, Ambon Sailing Community (ASC) juga menyerahkan plakat Relationship Award kepada tiga pelayar yang rutin mengikuti SIDAYR dan selalu menjalin hubungan baik dan dikenal oleh warga Kota Ambon khususnya warga Negeri Amahusu. Ketiga peserta tersebut yaitu Rich Setter, Brad hall dan Cornelio Olis.
Ketua Dinah Beach Cruising Yacht Association, Joy Eggenhuizen mengatakan pihaknya memberikan apresiasi kepada Pemkot Ambon, Ambon Sailing Community (ASC) serta berbagai pihak yang mendukung pelaksanaan SIDAYR tahun 2019.
“Tahun ini peserta hanya 10 kapal layar, kita berkeinginan tahun-tahun mendatang, peserta event ini akan bertambah,” katanya.
Secara khusus Joy memberikan apresiasi kepada ASC yang mendukung pelaksanaan SIDAYR ini dengan berbagai inovasinya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Ambon Syarif Hadler memberikan apresiasi kepada para peserta yang menjadi pemenang sejumlah kategori SIDAYR 2019.
“Selamat bagi para pemenang SIDAYR 2019. Namun bagi kami, semua peserta adalah pemenang karena telah berhasil berlayar mengarungi lautan dari Darwin hingga tiba di Ambon,” ungkapnya.
Sebelumnya 11 kapal layar terdaftar mengikuti lomba layar tahunan SIDAYR 2019. Namun sehari sebelum peserta dilepas, kapal layar Anastasia mengalami kerusakan sehingga tak dapat berlayar.
SIDAYR yang sebelumnya bernama Darwin Ambon Yacht Race merupakan kegiatan kota kembar Ambon dan Darwin yang telah digelar sejak 1976 sebagai bentuk kebersamaan serta meningkatkan kualitas persaudaraan.
Jumlah peserta terbanyak tercatat pada tahun 1998 yaitu lebih dari 100 perahu layar. Namun, pada 1999 terhenti karena konflik sosial di Maluku. Lomba kembali digelar pada 2007. (MT-03)
Komentar