Sekilas Info

Ini Langkah PABI Maluku Tingkatkan Kapasitas Dokter IGD

AMBON, MalukuTerkini.com - Dokter-dokter yang bertugas pada setiap Instalasi Gawat Darurat (IGD) harus memiliki sertifikat Advanced Trauma Life Support (ATLS).

Hal ini penting karena dalam meningkatkan Akreditasi Rumah Sakit maka salah satunya sertifikat ATLS harus dimiliki dokter IGD.

Dalam kaitan itulah, Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia (PABI) Maluku menggelar kursus dan pelatihan bagi sejumlah dokter ahli bedah maupun dokter umum yang ada di Maluku.

Kursus dan pelatihan dipusatkan di RSUD Haulussy Ambon, Sabtu (1/7/2023).

Sejumlah tenaga atau instruktur pengalaman dari Komisi Trauma Indonesia dihadirkan untuk memberikan materi dan pelatihan bagi dokter di Maluku agar dapat menangani pasien yang datang dalam kondisi trauma.

Kepada wartawan disela-sela kursus tersebut, Ketua PABI Cabang Maluku, Jacky Tuamelly menjelaskan syarat dokter yang bertugas atau berdinas di IGD harus mempunyai ATLS.

"Syarat dokter yang jaga di IGD itu harus mempunyai sertifikat ATLS ini, karenanya dokter-dokter umum diwajibkan untuk ikut pelatihan  supaya bisa bertugas di unit gawat darurat. Nah memang kita di daerah itu kadang-kadang tidak melihat itu, karena yang penting ada dokter tapi kalau rumah sakitnya  terakreditasi A, mereka akan tanya soal sertifikat ATLS itu. Namun untuk mengikuti ini, biayanya juga cukup besar, karena peserta akan mendapatkan 18 SKP yang mana sekali pelatihan mencapai Rp 7,5 juta karena itu peserta harus disimak benar-benar untuk menambah pengetahuan yang sama tentang penanganan pasien trauma," jelasnya.

Tuamelly yang juga Ketua Akreditasi dan Ahli Bedah RSUD Haulussy ini mengaku tak hanya kursus ini tetapi peserta akan diberi praktek  penanganan termasuk pemasangan infus dan lainnya.

Di tempat yang sama Ketua Komisi Trauma Indonesia, I Nengah Kuning Atmadjaya yang dihadirkan oleh PABI Maluku menjelaskan  bagaimana penanganan trauma secara sistematik yang harus dilakukan, karena Indonesia ini termasuk regional 16, dan ada 30 regional di dunia yang menggunakan ATLS sebagai standar penanganan trauma di dunia.

"Disini kita memberikan cara penanganan pasien trauma dengan pola pikir yang sama, sesuai lisensi di Amerika. Jadi ini kita berikan kepada dokter itu agar pola pikirnya sama.  Jadi dokter muda kita berikan pendidikan agar dokter-dokter kita memiliki pola pikir yang sama dan kita sudah melatih seluruh daerah oleh komisi trauma di Indonesia," jelasnya.

Ia mengaku, konsep yang diterapkan adalah menyatukan pola pikir bagi para dokter untuk penanganan pasien trauma, dan itu yang dipakai diseluruh dunia.

Sementara itu,  Laurens Th B Kalesaran ahli trauma dari Manado menyebutkan  dalam pelatihan ini, para dokter diajarkan bagaimana satu pola pikir dan pola tindak serta bagaimana manajemen trauma sedunia.

"Kebutulan konsep sudah dilahirkan atau dimulai dari Amerika dan disebarkan ke seluruh dunia bahkan dengan konsep ini, dapat  menekan dampak kematian dan juga kecacatan dari  pasien yang mengalami  trauma. Sehingga ini sudah merambah seluruh dunia. Jadi kita di Indonesia juga sudah melakukan ATLS ini jauh dari tahun 1994-1995 dan saya peserta tahun 1995 sehingga menyamakan persepsi pola pikir," ungkapnya.

Selain untuk sumber daya manusia ini juga  alat atau instrumen yang tidak merata ke Indonesia.

"Misalnya kita butuh alat ini tetapi tidak ada di seram, Tenggara sana nah ini menjadi kesulitan tetapi dengan kita berdiskusi kursus kita bisa berikan pemahaman kepada adik-adik apa saja bisa dipakai sebagai alat untuk menangani pasien. Ada juga keterbatasan tetapi cara metode itu bisa diatur dan tidak lagi bingung. Kan biasanya pasien datang kalau teriak kan kita bingung mulai start dari mana. Nah ini yang kita lakukan. Makanya dengan pelatihan ini, mereka sudah bisa tahu, jika kondisi ini, mulai penanganannya dari sini, sini dan seterusnya," jelasnya. (MT-04)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!