Kepala BMKG: Tsunami Palu & Selat Sunda Berpeluang Terjadi di Maluku

AMBON - Bencana tsunami yang terjadi di Palu - Sulawesi Tengah September 2018 maupun Selat Sunda Desember 2018 berpeluang terjadi di Maluku.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati saat membuka Sekolah Lapang Geofisika di Hotel Natsepa, Pulau Ambon, Senin (25/3/2019).
Dijelaskan karakteristik wilayah Provinsi Maluku maupun Kota Ambon membuat potensi tsunami berpeluang terjadi.
"Tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah yang terjadi tanpa gempa juga bisa terjadi di Maluku. Penyebabnya bukan gempa tapi ada longsoran di tebing laut. Seperti di Palu juga bisa terjadi di Maluku maupun khususnya Kota Ambon," jelasnya.
Ia mencontohkan tsunami yang terjadi Palu lebih cepat datangnya sebelum bunyi sirine peringatan dini.
"Kita tidak bisa bergantung pada peringatan dini tsunami. Seperti di Palu datangnya lebih cepat sebelum peringatan dini tsunami. Itu karena jarak tebing-tebing laut tersebut dengan tepi pantai sangat dekat. Tsunami Palu mencapai tepi pantai pada durasi waktu 2 menit, 3 menit dan 5 menit pasca longsoran tebing laut sementara sirine peringatan baru berbunyi 5 menit pasca longsor,” ujarnya.
Menurut Dwikorita yang pernah menjadi rektor wanita pertama di Universitas Gadjah Mada itu, tsunami yang yerjadi di Selat Sunda, Desember 2018 juga berpeluang terjadi di Maluku.
"Potensi tsunami di Selat Sunda sudah kita prediksi sebelumnya dengan mengeluarkan peringatan dini. Dasarnya kondisi daerah tersebut saat itu adalah gelombang tinggi dan juga berbagai dampak dari bulan purnama. Ternyata disana juga terdapat gunung-gunung bawah laut yang dibangkitkan oleh erupsi gunung api lain sehingga menyebabkan longsoran bawah laut sehingga terjadilah tsunami dalam waktu yang cepat," ungkapnya.
Dwikorita yang juga pakar dan pengamat masalah kerentanan tanah akibat bahaya gempa bumi itu juga memaparkan zona sumber gempa dan tsunami di Ambon maupun Provinsi Maluku.
"Di daerah ini ada 5 zona sumber gempa dan tsunami yaitu Zona Subduksi Lempeng Laut Maluku, Zona Subduksi Utara Seram, Zona Sesar Naik Selatan Seram, Zona Subduksi Banda dan "Weber Deep" dan Zona Graben Aru," rincinya.
Dwikorita mengajak masyarakat untuk mewaspai potensi-potensi tsunami tersebut. "Masyarakat perlu waspada tetapi jangan panik," ujarnya.
Ia juga memberikan apresiasi kepada BPBD Provinsi Maluku yang sudah membuat petunjuk jalur evakuasi di pesisir pantai di Pulau Ambon.
"Ternyata jalur evakuasi mandiri sudah disiapkan oleh BPBD di pesisir pantai di Kota Ambon. Semoga petunjuk tersebut bisa dipatuhi saat terjadi tsunami," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Sekolah Lapang Geofisika bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait dengan gempa bumi dan tsunami.
Selain itu, juga untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi dan tsunami, serta memahami pesan BMKG terkait peringatan dini. (MT-04)
Komentar