Mahasiswa Sudan, Kongo & Ukraina Belajar Main Ukulele di Ambon

AMBON – Tiga mahasiswa asing yang sementara mengikuti program belajar Bahasa Indonesia di Pusat Studi Bahasa (PSB) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon ternyata juga berminat belajar main ukulele.
Ketiganya pun belajar bersama-sama dengan Amboina Ukulele Kids Community yang berlatih di Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Jumat (20/9/2019).
Latihan dipandu langsung oleh pendiri/pelatih Amboina Ukulele Kids Community, Nicho Tulalessy.
Ketiga mahasiswa tersebut yaitu Eman Abdallah (University of Khartoum Sudan), Esther Chinyabuuma (Université Libre de Pays des Grand Lac Kongo), Iryna Pikhur (Ukraina).
Eman Abdallah disela-sela latihan mengaku sangat senang mendapat kesempatan bertemu dengan anak-anak di Ambon sekaligus belajar bermain ukulele.
“Saya sangat senang disela-sela datang ke Ambon untuk belajar Bahasa Indonesia di PSB Unpatti ternyata saya berkesempatan belajar main ukulele,” ungkapnya.
Dikatakan, alat musik ukulele tidak ada di negaranya, sehingga dirinya sangat berminat untuk mempelajari sekaligus menjadi oleh-oleh pengetahuan sekembalinya ke Sudan.
Hal yang sama juga diakui Esther Chinyabuuma. Ia mengaku sangat berminat mempelajari budaya Ambon selama menimba ilmu di Unpatti. “Budaya yang ingin saya pelajari diantaranya bermain ukulele. Saya berterima kasih karena diberi kesempatan belajar bersama Amboina Ukulele Kids Community,” katanya.
Sementara itu, Iryna Pikhur juga mengaku ingin mempelajari ukulele karena alat musik tersebut tidak ada di negaranya.
“Di Ukraina banyak sekali instrument musik namun tidak ukulele. Jadi saya manfaatkan kesempatan belajar di Ambon untuk seklaigus bermain ukulele,” ungkapnya.
Pendiri/pelatih Amboina Ukulele Kids Community, Nicko Tulalessy kepada malukuterkini.com, mengatakan ketiga mahasiswa tersebut akan berlatih selama dua bulan.
“Ketiganya disela-sela menimba ilmu di PSB Unpatti, nantinya akan belajar main ukulele di Amboina Ukulele Kids Community selama dua bulan. Jadwal latihan akan disesuaikan dengan waktu kuliah mereka di Unpatti,” katanya.
Ia mengaku, Amboina Ukulele Kids Community sudah sering menjadi tempat mahasiswa belajar bermain ukulele.
“Sebelum mahasiswa dari Sudan, Kongo dan Ukraina sebelumnya mahasiswa dari Australia, Selandia Baru, China dan Thailand sudah pernah dating belajar,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Nicko Tulalessy berinisiatif untuk mendirikian Amboina Ukulele Kids Community. Hal ini karena dia berpikir orang Ambon punya potensi dalam memainkan musik yang berkarakter.
Sebelumnya Nicko Tulalessy dan beberapa temannya telah membentuk komunitas ukulele untuk orang dewasa, yang diberi nama “Hapiong Ukulele Grup”, sebagai motivasi untuk anak-anak kecil di Ambon.
Kemudian, mereka bentuk lagi untuk kalangan anak-anak. Bermula dari 8 orang, termasuk anak Nicko Tulalessy dan teman-temannya, mereka membentuk komunitas kecil itu di Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe. Hingga saat ini anggota komunitas sudah mencapai lebih dari 100 anak-anak.
Nicko Tulalessy tidak hanya menumbuhkan kecintaan seninya kepada mereka, namun ia telah membuktikan bahwa dari ukulele masyarakat Maluku bisa belajar toleransi, kecanduan gadget dan banyak hal tentang perdamaian.
Untuk mengenalkan Ukulele pada publik, Nicko Tulalessy pun memposting aksi anak-anak bermain ukulele di laman Facebook-nya, sekaligus mencari bantuan donasi di Indonesia, Australia hingga Selandia Baru. (MT-01)
Komentar