Sekilas Info

Wagub Launching Tim Tanggap Insiden Siber Maluku

AMBON - Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno melaunching pembentukan Computer Security Incident Response Team (CSIRT) atau Tim Tanggap Insiden Siber Provinsi Maluku di Ambon, Kamis (16/9/2021).

Launching ini ditandai dengan pemukulan Tifa oleh Wagub Orno dan Deputi III Bidang Keamanan Siber dan Sandi Pemerintahan dan Pembangunan Manusia, Akhmad Toha.

Tujuan dibentuknya CSIRT diantaranya adalah untuk melindungi data dan melindungi setiap aset. Sebab, keamanan informasi berperan penting untuk melindungi seluruh aset institusi atau perusahaan yang beresiko bocor atau pun tidak, demi kelangsungan proses di dalamnya. Terlebih, penting untuk meminimalisir adanya human error.

Wagub menjelaskan, ancaman yang dibawa kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi adalah alasan kuat sebagai dilakukannya pengelolaan, pencegahan, penanggulangan dan pemulihan terhadap ancaman siber di pemerintah pusat dan daerah.

Semakin canggih teknologi yang dimanfaatkan, tentunya akan membantu dalam efektifitas dan efisiensi penyelesaian tugas. Namun perlu dicermati, potensi kerawanan dan pemanfaatan kecanggihan teknologi tersebut, apabila tidak diwaspadai akan mengakibatkan kehilangan dan kebocoran informasi dan data yang dikelola.

"Kebocoran data yang selama ini kerap terjadi dipicu oleh sejumlah hal, disebabkan karena hal - hal yang bersifat non teknis, ketidaktahuan pengguna teknologi, kecerobohan individu dan ketidakpedulian merupakan sejumlah kerawanan yang kerap digunakan oleh pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab," jelas Wagub.

Sementara itu, Deputi III BSSN Bidang Keamanan Siber dan Sandi Pemerintahan dan Pembangunan Manusia, Akhmad Toha sangat mendukung dan mengapresiasi atas dibentuknya Tim CSIRT Provinsi Maluku.

"Karena, seiring dengan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, keamanan siber menjadi isu strategis di berbagai negara, termasuk Indonesia. Ranah siber saat ini mengalami perubahan begitu besar yang banyak memberikan peluang bagi pengguna ruang siber," ujarnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil monitoring BSSN, tercatat telah terdapat 621,17 juta anomali trafik atau serangan siber pada Januari-Juni 2021, dengan kategori anomali terbanyak yaitu malware, trojan activity, dan information leak (Kebocoran informasi). Adapun sebaran sektor terbanyak yang mengalami kasus kebocoran data akibat malware pencuri informasi, adalah sektor pemerintah, keuangan, penegakan hukum, telekomunikasi, dan transportasi.

Oleh sebab itu, menghadapi serangan yang berada di ruang siber tersebut, negara hadir melalui Badan Siber dan Sandi Negara yang berperan aktif dalam upaya meningkatkan keamanan siber di Indonesia.

"Saat ini BSSN tengah membangun kekuatan siber, salah satunya dengan membentuk CSIRT sebagai salah satu pelaksana keamanan siber di Indonesia. CSIRT merupakan organisasi atau tim yang bertanggung jawab untuk menerima, meninjau, dan menanggapi laporan dan aktivitas insiden keamanan siber," ungkap Toha. (MT-04)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!