Sekilas Info

Kepala BMKG: Ada Kenaikan Air Laut Akibat Gempa M 7,9 di Maluku Kendati tak Signifikan

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati

AMBON, MalukuTerkini.com - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkap adanya kenaikan tinggi air laut akibat gempa berkekuatan magnitudo M 7,9 (parameter update M 7,5) di Laut Banda, Selasa (10/1/2022) pukul 02.47 WIT. Namun kenaikan itu tidak signifikan.

"Berdasarkan observasi empat tide gauge di sekitar sumber gempa bumi, yaitu di Seira, Adaut, Lirang, dan di Larat, tidak menunjukkan adanya anomali atau perubahan tinggi air laut yang signifikan. Jadi ada perubahan tapi tidak signifikan," kata Dwikorita saat konferensi pers virtual, Selasa (10/1/2023).

Setelah menunggu dua jam seusai SOP prakiraan datangnya tsunami, BMKG tidak menemukan adanya perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami.

"Kemudian, berdasarkan hal tersebut, dilakukan pengakhiran peringatan dini tsunami kurang lebih dua jam setelah waktu datangnya tsunami, yaitu pengakhiran peringatan dini tsunami bukan dicabut, bukan dibatalkan, tetapi diakhiri karena terlihat tetap ada kenaikan muka air laut, hanya tidak signifikan," ungkapnya.

Dwikorita menjelaskan BMKG sempat memprediksi ketinggian air maksimum 62 cm di wilayah Ambon. Namun tidak ada perubahan signifikan.

"Prediksi ketinggian maksimum sekitar 62 cm di Ambon, dan setelah dicek pada tide gauge kenaikan yang ada tidak signifikan, sehingga kami menunggu 2 jam setelah estimasi kedatangan tsunami, setelah estimasi kedatangan itu berlalu, akhirnya memutuskan untuk mengakhiri peringatan dini," jelasnya.

Sebagaimana diketahui, gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo M 7,9 yang terjadi di kawasan Laut Banda khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, Selasa (10/1/2023) pukul 02.47 WIT.

“Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M7,5. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 7,37° LS ; 130,23° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 136 Km arah Barat Laut Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku pada kedalaman 130 km,” jelas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya yang diterima malukuterkini.com, Selasa (10/1/2023).

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, menurut Daryono, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi Laut Banda.

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” ungkapnya.

Ia merincikan gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Saumlaki dengan skala intensitas V MMI (Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun), daerah Dobo, Tiakur IV MMI (Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi), daerah Sorong, Kaimana, Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata dengan skala intensitas III-IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), daerah Kairatu, Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wamena, Bakunase, Kolhua, Sabu, Rote, Ende, Amarasi Selatan, Kota Kupang dengan skala intensitas II-III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu), daerah Ambon dan Piru II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini Berpotensi Tsunami, dengan tingkat ancaman Siaga di Maluku Tengah, Kepulauan Maluku Tenggara, Kabupaten Kepukauan Tanimbar dan Kota Ambon; sedangkan tingkat ancaman Waspada di Maluku Tenggara, Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat, Buru, Wakatobi, Kendari Pulau Watulumango, Kepulauan Kendari, Konawe Bagian Selatan, Kota-Kendari dan Kendari,” rincinya.

BMKG lalu mengeluarkan peringatan dini tsunami, yang berakhir pada pukul 05.43 WIT.  (MT-04)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!