PVMBG akan Teliti “Pulau Baru” yang Muncul di Tanimbar Pasca Gempa M 7,9

AMBON, MalukuTerkini.com – Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan mendatangi lokasi tumpukan material berbentuk “pulau baru” yang muncul di perairan Desa Teneman, Kecamatan Wuarlabobar, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, pasca gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo M 7,9 (parameter update M 7,5) di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Selasa (10/1/2023).
Tim PVMBG berencana mengambil sejumlah data untuk selanjutnya diteliti.
Tumpukan material berbentuk pulau serupa juga pernah terjadi di Nias pasca gempa pada 2005 silam.
"Pengangkatan pernah terjadi pasca gempa Nias tahun 2005 yang menandakan bukti sesar atau patahan naik di barat Pulau Nias," kata Penyelidik Bumi Madya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo sebagaimana dilansir detikcom, Selasa (10/1/2023).
Supartoyo belum dapat memastikan apakah tumpukan material menyerupai pulau itu sama seperti tumpukan material di Nias. Ia mengaku perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut.
"Untuk daerah di Kepulauan Tanimbar mungkin perlu data geologi sebanyak mungkin sebelum menyimpulkan fenomena tersebut," ujarnya.
Dikatakan, tumpukan material yang terbentuk di Nias saat itu tersebar di sejumlah tempat. Kendati demikian, tumpukan material menyerupai pulau di Tanimbar berada di zona yang sama dengan di Nias yakni penunjaman yang sifatnya collision tidak menghasilkan magma.
"Jadi kalau di Nias itu kan agak luas sebarannya, jadi bukan setempat satu pulau. Kalau yang Tanimbar ini saya kurang tahu, apakah hanya lokal atau ada tempat lain juga yang mengalami seperti ini. Mungkin saya perlu data-datanya, koordinat kemudian sebaran yang material terangkat ini apakah hanya di sini aja atau juga di tempat lain," katanya.
Ia menjelaskan, sebaran di Nias agak sedikit luas sehingga kesimpulannya berkaitan dengan patahan lain yang ada disana pada zona penunjaman.
“Untuk kasus Tanimbar ini kan zona penunjaman juga cuma dia sifatnya istilahnya collision, benturan antara dua lempeng yang tidak menghasilkan magma, tidak menghasilkan vulkanik gunung api," jelasnya.
Supartoyo mengaku berbeda dengan di Nias dan Tanimbar, material berbentuk pulau yang ada di Sumatera dan Jawa menghasilkan magma karena berada di zona yang berbeda, sehingga terbentuk gunung berapi.
"Kalau di Sumatera, Jawa, itu kan benturan antar lempeng menghasilkan magma dan mengakibatkan terbentuknya serangkaian gunung berapi. Kalau di laut ini nggak, istilahnya collusion, jadi kira-kira hampir sama dengan di Himalaya collision," ungkapnya.
Ia berharap munculnya pulau di Tanimbar itu tidak berbahaya. Ia mengaku menyampaikan pihaknya akan mendatangi lokasi dan mengambil sejumlah data untuk selanjutnya ditindaklanjuti.
"Nah itu kita perlu data untuk ini, apakah ini data luas atau hanya setempat. Kalau hanya setempat pun jadi pertanyaan kenapa hanya di situ, di tempat lain tidak. Mudah-mudahan aja kalau berkaca dari Nias itu nggak membahayakan, itu relatif tidak membahayakan setelah fenomena tersebut muncul. Kami merencanakan ada tim yang ke sana, kami diskusi dulu karena kesampaian di daerah sanannya kan nggak mudah. Kita diskusikan kita usulkan ada tim yang ke sana bisa mengambil berbagai data termasuk koordinat," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Sebuah “pulau baru” muncul di pasca gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo M 7,9 (parameter update M 7,5) di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Selasa (10/1/2023).
“Pulau Baru” yang terdiri dari material lumpur bercampur baru itu muncul di perairan Desa Teneman, Kecamatan Wuarlabobar, Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
“Ini kejadian keanehan yang ada di desa kami ini, membuat warga desa sangat ketakutan. Sebagai penanggungjawab, saya gerakan seluruh masyarakat untuk mengungsi,” ungkap Kepala Desa Teneman, Boni Kelmaskosu.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar agar menindaklanjuti fenomena ini.
Sementara itu, Fenomena tersebut juga dibenarkan Camat Wuarlabobar, Alex Sianressy saat rapat koordinasi yang digelar Pemkab Kepulauan Tanimbar, Selasa (10/1/2023).
“Muncul endapan dari dasar laut pasca gempa di perairan Desa Teneman,” ungkap Sianressy
Di tempat yang sama, Penjabat Bupati Kepulauan Tanimbar, Daniel E Indey mengaku fenomena muncul “pulau baru” ini akan dikaji oleh instansi atau lembaga terkait.
“Nantinya fenomena ini akan dikaji lebih lanjut oleh oleh instansi atau lembaga terkait sehingga diperoleh kejelasan,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo M 7,9 yang terjadi di kawasan Laut Banda khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, Selasa (10/1/2023) pukul 02.47 WIT.
“Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M7,5. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 7,37° LS ; 130,23° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 136 Km arah Barat Laut Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku pada kedalaman 130 km,” jelas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya yang diterima malukuterkini.com, Selasa (10/1/2023).
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, menurut Daryono, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi Laut Banda.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” ungkapnya.
Ia merincikan gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Saumlaki dengan skala intensitas V MMI (Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun), daerah Dobo, Tiakur IV MMI (Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi), daerah Sorong, Kaimana, Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata dengan skala intensitas III-IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), daerah Kairatu, Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wamena, Bakunase, Kolhua, Sabu, Rote, Ende, Amarasi Selatan, Kota Kupang dengan skala intensitas II-III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu), daerah Ambon dan Piru II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini Berpotensi Tsunami, dengan tingkat ancaman Siaga di Maluku Tengah, Kepulauan Maluku Tenggara, Kabupaten Kepukauan Tanimbar dan Kota Ambon; sedangkan tingkat ancaman Waspada di Maluku Tenggara, Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat, Buru, Wakatobi, Kendari Pulau Watulumango, Kepulauan Kendari, Konawe Bagian Selatan, Kota-Kendari dan Kendari,” rincinya. (MT-04)
Komentar