Dukung Swasembada Pangan, Barantin Pastikan Sapi Bibit Sehat
AMBON, MalukuTerkini.com – Badan Karantina Indoesia (Barantin) melalui Karantina Kepulauan Bangka Belitung memastikan kesehatan sapi bibit lokal yang masuk dengan pengambilan sampel darah.
Sampel tersebut untuk pengujian Rose Bengal Test (RBT) yang mendeteksi ada tidaknya penyakit brucellosis pada sapi bibit.
Tindakan karantina tersebut untuk memastikan kesehatan hewan, tidak membawa penyakit, terutama sebagai sapi bibit yang akan dibudidayakan. Hewan ternak yang sehat mendukung untuk swasembada pangan.
“Pengambilan sampel darah untuk jaminan kesehatan, dalam rangka mendukung program prioritas pemerintah, Asta Cita, khususnya poin kedua yaitu memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan,” jelas Kepala Karantina Kepulauan Bangka Belitung Herwintarti dalam keterangannya yang diterima malukuterkini.com, Jumat (26/9/2025).
Herwin mengaku Barantin terus menggalakkan pengawasan lalu lintas hewan, ikan, dan tumbuhan serta produk turunannya, sebagai upaya cegah tangkal hama penyakit.
Salah satunya adalah pelaksanaan uji RBT untuk 87 ekor sapi bibit lokal asal Lampung Tengah Selasa (23/9/2025), yang masuk melalui Pelabuhan Muntok, Bangka Barat, bulan lalu.
“Ini juga sejalan dengan arahan Kepala Barantin, Sahat M Panggabean, pentingnya karantina sebagai garda terdepan dalam biodefense (pertahanan hayati). Tindakan karantina merupakan bentuk nyata deteksi dan respon awal. Tujuannya adalah mencegah masuk dan menyebarnya penyakit hewan menular strategis atau zoonosis, seperti brucellosis yang dapat mengancam produktivitas ternak dan target swasembada daging sapi,” ungkapnya
Pengambilan sampel darah untuk uji RBT pada sapi bibit dilakukan secara berkala, minimal dua kali selama masa karantina. Kebijakan ini memiliki dasar hukum dan teknis yang kuat, pelaksanaan ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan bagian ketiga terkait Tindakan Karantina yang dilakukan meliputi Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan dan Perlakuan.
Brucellosis memiliki masa inkubasi yang variatif, 30-60 hari. Antibodi terhadap bakteri Brucella abortus mungkin belum terbentuk atau terdeteksi pada uji pertama yang dilakukan di daerah asal atau pengeluaran. Tujuan pengujian kedua dengan jeda waktu tertentu dapat meningkatkan akurasi deteksi, memastikan hewan benar-benar bebas penyakit sebelum didistribusikan ke peternak.
Memastikan kesehatan sapi bibit sama dengan melindungi masa depan peternakan lokal dari wabah yang dapat mengancam perekonomian. Sejalan dengan harapan, Jubairi selaku pemilik yang menyatakan bahwa sapi-sapi tersebut didatangkan dengan tujuan untuk budi daya, sehingga ke depannya Babel bisa maju untuk swasembada sapi.
Berdasarkan data BEST TRUST (Barantin Electronic System for Transaction and Utility Service Technology), pemasukan sapi bibit ke wilayah Babel sampai bulan September tahun 2025 ini sekitar 349 ekor yang berasal dari Kabupaten Lampung Tengah, Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan.
“Kegiatan ini adalah investasi kesehatan untuk masa depan peternakan di Provinsi Kepulauan Babel. Dengan mencegah masuknya penyakit, kita langsung melindungi peternak rakyat dan mendukung ketahanan pangan nasional,” jelasnya.
Melalui langkah proaktif dan berbasis ilmu pengetahuan ini, Barantin berkomitmen penuh untuk menjadi gatekeeper yang andal, menjaga wilayah Indonesia, khususnya Babel, dari ancaman penyakit hewan, sekaligus mendorong terwujudnya swasembada pangan sesuai program Asta Cita Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. (MT-01)