Sekilas Info

Ribuan Warga Padati Atraksi Budaya ‘Pukul Sapu’

ATRAKSI PUKUL SAPU - Atraksi budaya "Pukul Sapu" (saling memukul menggunakan lidi/batang enau) berlangsung di Negeri Mamala, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Rabu (12/6/2019). Atraksi budaya itu rutin digelar pada 7 Syawal setiap tahun dan telah berlangsung sejak abad 16.

AMBON - Ribuan warga me­madati Negeri Mamala, Kecama­tan Leihitu, Kabu­paten Maluku Tengah, Ra­bu (12/6/2019), menyak­sikan atraksi budaya 'pukul sapu' yang merupakan bagian dari perayaan 7 Syawal.

Sapu lidi dari pohon enau (are­nga pinnata), yang biasanya di­gunakan membersihkan halaman, walau bentuknya ramping dan kecil, batang sapu ini dapat menim­bulkan sakit jika dipukul ke tangan, kaki atau anggota badan lain.

Namun, tidak demikian bagi warga di Negeri Mamala. Kendati dipukul berkali-kali dengan batang lidi yang dalam bahasa Maluku disebut pohon mayang, hingga menimbulkan guratan merah di badan dan mengeluarkan darah, sudah menjadi hal yang biasa dan lumrah.

Ritual adat tergolong ekstrim di negeri yang terletak di bagian Timur Pu­lau Ambon tersebut biasanya digelar setiap tahun saat perayaan 7 Syawal setelah umat Muslim sele­sai merayakan Idul Fitri. Tradisi ini pun telah dilakukan dan terus diles­ta­rikan sejak abad 16 atau di masa penjajahan Portugis dan Belanda.

Pada Lebaran tujuh Syawal tahun ini, atau Rabu (12/6/2019), tradisi yang melegenda itu kembali digelar dan menyedot perhatian ribuan pengunjung.

Dengan memegang dua ikat lidi mentah yang baru dipotong dari po­hon aren, dua regu pemuda me­masuki arena. Senyum tersung­ging di wajah mereka. Mereka memang patut bergembira, karena tidak semua pemuda itu diperkenankan mengikuti tradisi adat tersebut. Mereka adalah pemuda-pemuda pilihan.

Sama seperti halnya sepakbola atau permainan lainnya, dalam tradisi ini juga seorang tokoh adat di kedua desa itu bertindak sebagai wasit. Dengan peluitnya sang wasit memandu jalannya atraksi saling memukul antar kedua kelompok yang saling berhadap-hadapan.

Saat seruling berbunyi kelompok yang satu dipersilahkan lebih dahulu untuk memukul kelompok yang lain. Begitu pun sebaliknya saat seruling dibunyikan lagi, giliran kelompok yang dipukul, gentian memukul lawannya tadi.

Masing-masing pemuda dengan memegang dua hingga tiga batang lidi - ukurannya lebih besar de­ngan panjang antara 1,5 - 2 meter dengan diameter pangkal men­capai 1-3 sentimeter - terlihat me­mukul berkali-kali badan lawannya dengan sekuat tenaga. Area pukulan hanya dibatasi dari dada kebagian bawah.

Sabetan lidi yang mengenai badan lawan mengeluarkan bunyi cukup keras menyerupai lecutan cambuk. Terkadang tiga batang lidi yang digunakan sudah hancur hanya dalam hitungan dua atau tiga kali sabetan saja.

Pukulan lidi berkali-kali meng­akibatkan guratan merah meman­jang sekujur tubuh para pemain. Sebagian besar malah menge­luar­kan darah. Bahkan tidak jarang potongan batangan lidi pun turut tertancap pada kulit dan luka di tubuh para pemain.

Uniknya, tidak sedikit pun terlihat atau terdengar erangan dan jeritan kesakitan para pemain akibat dipukul dengan lidi. Mereka malah sebaliknya terlihat ketagihan untuk dipukul berulang kali. Atraksi ini tentunya membuat gemetar dan ngeri pengunjung yang baru pertama kali menyaksikannya.

Tidak jarang warga yang berada paling dekat dengan arena atraksi, harus meringis kesakitar akibat terkena sabetan batang lidi para pemain. Sebagian besar pemain mengaku tidak merasakan sakit di tubuh mereka yang memar dan luka serta mengeluarkan darah akibat sabetan lidi itu.

Atraksi Budaya Berkualitas

Sementara itu, Gubernur Maluku, Murad Ismail berharap tradisi pukul sapu lidi di Negeri Mamala hendaknya dapat dipertahankan, dikembangkan dan dikemas menjadi atraksi budaya yang berkualitas.

“Peningkatan kualitas atraksi tersebut, diharapkan akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Maluku, yang tentunya akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Gubernur dalam sambutan tertulisnya, yang disampaikan Sekda Maluku, Hamin bin Thahir saat Atraksi Pukul Sapu dalam rangka Perayaan 7 Syawal 1440 Hijriah di Negeri Mamala, Rabu (12/6/2019).

Gubernur berharap Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Maluku, beserta seluruh pemangku kepentingan, agar dapat mewujudkan atraksi pukul sapu lidi ini sebagai atraksi budaya unggulan di Provinsi Maluku.

“Momentum kultural ini merupakan pagelaran budaya yang ditunggu oleh para wisatawan, baik lokal maupun manca negara, bahkan sudah menjadi salah satu ikon pariwisata Maluku,” ungkapnya.

Menurutnya,  atraksi Pukul Sapu Lidi merupakan atraksi budaya yang sangat unik dan menjadi tradisi masyarakat Negeri Mamala setiap tahunnya. (MT-03)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!