Gambar Karya Anak-Anak Pengungsi Waai Ungkap Rasa Kangen Kembali ke Rumah
AMBON - Sejumlah anak pengungsi Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku berusaha mendeskripsikan situasi dan kondisi yang terjadi di kampung halamannya melalui gambar buatannya sendiri.
Dalam hasil karya, Gloria Pical memperlihatkan kondisi rumahnya yang dipenuhi sejumlah tanaman sebelum terjadinya gempa.
“Ini beta punya rumah yang dipenuhi sejumlah tanaman sebelum terjadinya gempa. Beta sudah ingin balik pulang ke rumah daripada berlama-lama di pengungsian,” ungkap Gloria disela-sela aktivitasnya menggambar yang digelar oleh oleh Maluku Sketchwalk bersama Amboina Ukulele Kids Community dan Ambon Sailing Community di camp pengungsian Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Jumat (4/10/2019).
Senada dengan Gloria, Yolanda yang ikut kegiatan menggambar tersebut juga menggambar juga menggambar deretan rumahnya bersama rumah tetangganya.
Sementara rekannya yang lain, Efrolin Maspaitella menggambar gedung Gereja Waai. “Beta gambar gereja yang biasa beta pergi beribadah,” ujarnya.
Bencana alam, salah satunya gempa bumi merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba, tak terduga, tak dapat dicegah dan mengakibatkan kehilangan dan kerusakan.
Kerusakan pada harta benda seperti rumah, sekolah, kendaraan, sawah dan lainnya menyebabkan terganggunya aktivitas terkait pekerjaan, sekolah, dan ibadah. Terlebih lagi, apabila bencana tersebut berlangsung terus menerus dan belum pasti kapan akan berakhir.
Penggerak Maluku Sketchwalk, Rio Efruan pihaknya mengajak anak-anak untuk menggambar sebagai bagian dari pemulihan trauma pasca bencana.
“Bantuan berupa materi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta penanganan medis adalah hal yang penting yang dapat mendukung keberlangsungan hidup para korban bencana. Namun, satu hal yang tak kalah penting adalah bantuan penanganan psikologis berupa pemulihan trauma terutama untuk anak-anak.
Menurutnya, pemulihan trauma pasca bencana akan mencegah munculnya gangguan psikologis yang lebih berat.
“Setelah bencana terjadi, anak harus pindah dari situasi dan rutinitas keseharian yang membuatnya aman dan nyaman. Mereka sementara waktu berada di tempat pengungsian bahkan tidak bisa bersekolah, bermain dan mendapatkan istirahat yang cukup. Oleh karena itu, dengan menggelar kegiatan menggambar kita akan tahu anak itu mengekspresikan rasa takut, cemas, pesimis namun sekaligus menumbuhkan harapan serta optimisme mengenai masa yang akan datang,” ungkapnya.
Ia menambahkan Maluku Sketchwalk bersama Amboina Ukulele Kids Community dan Ambon Sailing Community akan menggelar kegiatan serupa di tempat-tempat pengungsian lainnya. (MT-03)
Komentar