Adaptasi Perubahan Iklim, BMKG Gelar Sekolah Lapang Nelayan di Ambon

AMBON - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta kepada pemilik kapal dan nelayan memperhatikan informasi cuaca dan iklim maritim sebelum melakukan aktivitas pelayaran.
Himbauan tersebut makin digencarkan utk mengantisipasi cuaca ekstrem, sebagai dampak perubahan iklim global yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia.
“Harus memonitor dan perbaharui terus informasi cuaca dan iklim maritim. Tidak bisa hanya mengandalkan "ilmu titen" , karena sekarang kondisi cuaca cepat berubah dan makin sering terjadi fenomena ekstreem,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat membuka Sekolah Lapang Nelayan di Ambon, Senin (25/3/2019).
Dwikorita mengatakan informasi cuaca dan iklim maritim harus menjadi pertimbangan sebelum melakukan aktivitas melaut. Tidak hanya untuk kepentingan keselamatan saja, namun juga untuk meningkatkan produktivitas ikan tangkapan.
“Cuaca yang tidak menentu membuat kondisi bisa saja membahayakan bagi nelayan. Jangan nekat melaut saat cuaca buruk, apalagi untuk kapal yang berukuran kecil,” katanya.
Sekolah Lapang Nelayan, jelas Dwikorita, dimaksudkan untuk membantu para nelayan mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang informasi cuaca dan iklim maritim serta dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk aktivitas penangkapan perikanan mereka.
"Saya berharap Sekolah Lapang Nelayan ini bisa merangsang pengembangan ekonomi maritim yang berkelanjutan bagi nelayan dan pembudidayaan perikanan," jelasnya.
Sekolah Lapang Nelayan ini, kata Dwikorita, akan meningkatkan keterampilan nelayan dalam memanfaatkan cuaca dan iklim maritim guna mengantisipasi dan adaptasi cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Ambon Syarif Hadler mengatakan pengetahuan akan cuaca dan iklim sangat bermanfaat bagi nelayan dan pembudidaya perikanan.
Ia berharap nelayan di Ambon bisa memperoleh informasi cuaca dan iklim yang memadai berdasarkan hasil perkiraan dari pihak otoritas seperti BMKG setempat.
"Salah satu hal yang berpengaruh pada sektor perikanan yakni faktor iklim dan cuaca. Ketika cuaca buruk nelayan tidak dapat melaut, maka hasil tangkapan berkurang dan harga ikan menjadi tinggi, fenoma cuaca buruk , menjadi hal yang lumrah terjadi, namun kenyataannya para nelayan kesulitan mendapatkan informasi mengenai cuaca laut, padahal ketersediaan informasi cuaca itu sangat vital dan merupakan langka antisipasi,’’ jelas Hadler.
Sekolah Lapang Nelayan yang diikuti 25 orang, yakni dari 13 orang dari Instansi Perikanan dan 12 orang dari nelayan Pulau Ambon. (MT-03)
Komentar