Februari 2019, Angkatan Kerja di Maluku Menurun
AMBON – Secara umum struktur ketenagakerjaan Maluku pada Februari 2019 mengalami perubahan jika dibandingkan dengan keadaan setahun lalu.
“Jumlah angkatan kerja di Maluku pada Februari 2019 tercatat sebanyak 764.939 orang, berkurang sebanyak 7.235 orang atau terjadi penurunan angkatan kerja sebesar 0,94 persen,” jelas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku, Dumangar Hutauruk di Ambon, Senin (6/5/2019).
Ia merincikan sesuai pencatatan BPS, jumlah penduduk yang bekerja di Maluku pada Februari 2019 sebanyak 712.118 orang, berkurang sebanyak 3.098 orang dibanding keadaan Februari 2018 yang tercatat sebanyak 715.216 orang. “Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jumlah orang yang bekerja dalam satu tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 0,43 persen,” rincinya.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Maluku, jelas Hutauruk, juga turut mengalami penurunan. TPAK pada Februari 2019 tercatat sebesar 63,12 persen, turun 1,90 persen poin dibanding setahun yang lalu. Penurunan TPAK memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.
“Jumlah penganggur pada bulan Februari 2019 di Provinsi Maluku tercatat sebanyak 52.821 orang atau mengalami penurunan sebanyak 4.137 orang (7,26 persen) dibanding keadaan Februari 2018 yang tercatat sebanyak 56.958 orang. Kondisi tersebut membuat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku mengalami penurunan dari 7,38 persen pada Februari 2018 menjadi 6,91 persen pada Februari 2019,” jelasnya.
Menurutnya, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja.
“Jika dilihat berdasarkan wilayah, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding TPT di perdesaan. Pada Februari 2019, TPT di perkotaan sebesar 10,37 persen, sedangkan TPT di perdesaan sebesar 4,32 persen. Dibanding setahun yang lalu, terjadi penurunan tingkat pengangguran di perkotaan namun di perdesaan terjadi peningkatan, yaitu TPT di perkotaan turun sebesar 2,07 persen poin, dan TPT di perdesaan naik sebesar 0,85 persen poin,” ungkapnya.
Dilihat dari tingkat pendidikan pada Februari 2019, kata Hutauruk, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 12,87 persen.
“TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Universitas sebesar 11,43 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMK dan Universitas. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu 0,84 persen,” katanya.
Ia juga menambahkan, berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan, yang mana pada Februari 2019, TPAK laki-laki sebesar 76,93 persen, sementara TPAK perempuan hanya 49,27 persen.
“Jika dibanding kondisi setahun yang lalu, TPAK perempuan mengalami penurunan sebesar 3,06 persen poin sementara TPAK laki-laki mengalami penurunan sebesar 0,75 persen poin,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, BPS mendefinisikan Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja (punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja) dan pengangguran. Sementara Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang kegiatan utamanya sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Penganggur adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi berharap mendapat pekerjaan dan kegiatannya terdiri dari mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena alasan mereka tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa), tidak mencari pekerjaan karena sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja, sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah angkatan kerja.(MT-04)
Komentar