Sekilas Info

Peran Global GAMKI untuk Generasi Tanpa Diskriminasi, “Melawan HIV/AIDS, Melampaui Stigma”

Peran Global GAMKI untuk Generasi Tanpa Diskriminasi

"Melawan HIV/AIDS, Melampaui Stigma”

 

Oleh: Pendeta Nadia Manuputty

Chiang Mai, sebuah kota di Thailand yang dikenal dengan warisan budaya dan keindahan alamnya, menjadi saksi sebuah pertemuan lintas batas agama dan negara. Di kampus Payap University yang rindang, konsultasi regional bertema "Towards" berlangsung, diselenggarakan oleh Action Together in Combating HIV and in Asia (ATCHAA) di bawah naungan Christian Conference of Asia (CCA). Dari 28 November hingga 2 Desember, aktivis dari tujuh negara Asia—Myanmar, Laos, Indonesia, India, Malaysia, Bangladesh, dan Filipina—bersatu dalam upaya memperkuat solidaritas melawan HIV/AIDS.

Di balik bayang-bayang pagoda kuno dan aroma khas makanan jalanan Chiang Mai, ada percakapan mendalam tentang tantangan terbesar dalam memerangi HIV/AIDS yaitu Stigma. Diskriminasi terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) sering kali jauh lebih menyakitkan daripada penyakit itu sendiri. Bagi banyak orang, stigma adalah dinding tak kasatmata yang menghalangi akses mereka terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.

Di tengah percakapan global ini, GAMKI hadir untuk membawa semangat perubahan dan pesan cinta tanpa syarat. Bagi organisasi kepemudaan Kristen ini, perjuangan melawan HIV/AIDS bukan hanya soal mengurangi angka penyebaran virus, tetapi juga menyuarakan keadilan sosial, menghapus diskriminasi, dan merestorasi martabat manusia.

Payap University: Pusat Solidaritas dan Edukasi

Payap University, dengan taman-tamannya yang hijau dan arsitektur yang menggabungkan tradisi Thai dan modernitas, menjadi lokasi ideal untuk konsultasi ini. Dalam ruang diskusi yang diterangi oleh cahaya lembut matahari Chiang Mai, para peserta berbagi pengalaman dan strategi. Topik seperti edukasi, sosialisasi, dan advokasi menjadi pusat perhatian.

Generasi muda, terutama di Asia Tenggara, berada di garis depan pandemi ini. Data dari Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2023, 28.000 kasus baru HIV tercatat, dengan hampir setengahnya melibatkan pemuda berusia 15–24 tahun. Tren ini juga terlihat di negara-negara seperti Filipina dan Thailand, di mana anak muda menjadi kelompok paling rentan.

Di sini, GAMKI menegaskan perlunya pendekatan holistik: kerja sama lintas agama, lintas generasi, dan lintas negara. Dalam suasana kolaboratif ini, pengalaman setiap negara menjadi pelajaran berharga untuk membangun jejaring solidaritas.

Melampaui Batas Stigma

Kehadiran gereja dalam upaya melawan HIV/AIDS menjadi diskusi yang menghangatkan hati di forum ini. Meski mereka yang hadir bukan hanya dari lingkup gereja tetapi juga dari berbagai yayasan dan keagamaan yang berbeda. GAMKI menyuarakan pentingnya peran gereja sebagai agen kasih dan penyembuhan. Edukasi yang benar tentang HIV/AIDS, mulai dari cara penularan hingga bagaimana memperlakukan ODHA, adalah langkah krusial untuk menghapus stigma.

Dalam diskusi, peserta diingatkan akan kisah Yesus yang menyentuh dan menyembuhkan orang kusta (Matius 8:3). Sama seperti orang kusta yang dianggap najis dan diasingkan, ODHA sering mengalami penghakiman sosial. Namun, Yesus menunjukkan bahwa cinta melampaui batas stigma, menerima mereka yang terpinggirkan dengan kasih yang tulus.

Harapan dari Chiang Mai

Dalam suasana penuh refleksi ini, semangat baru lahir. GAMKI membawa pulang pesan penting: bahwa cinta dan penerimaan adalah kekuatan untuk memulihkan dunia. Melalui kerja sama lintas budaya dan lintas iman, perjuangan melawan HIV/AIDS tidak lagi sekadar urusan medis, tetapi juga perjuangan kemanusiaan.

Dari Chiang Mai yang indah hingga pelosok Indonesia, GAMKI terus memperjuangkan visi dunia tanpa diskriminasi, di mana setiap individu dihargai martabatnya. Perjuangan ini adalah pengingat bahwa kasih Kristus bukan hanya untuk mereka yang "baik," tetapi juga untuk mereka yang paling membutuhkan.

Soli Deo Gloria. (*)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!