Sekilas Info

Sejarah Pela Hative Kecil & Hative Besar

Oleh Heppy Leunard Lelapary

Wakil Ketua Saniri Negeri Hative Besar

Tulisan ini disadur dari Naskah Pidato Kepala Soa S. Tuhuleruw (Mantan Raja Negeri Hative Besar) yang dibacakan dalam Acara Pendirian Kompleks Brigade atau Mobrig (Kompleks Markas Brimbob Tantui sekarang) tanggal 27 September 1959   

 

Tulisan ini didedikasikan kepada Pela Negeri Hative Kecil yang pada hari ini, Kamis, 27 Juli 2023 melaksanakan ritual  adat Panas Pela yang melibatkan Negeri Hitumessing, Hative Besar, Negeri Haria dan Galala serta Peresmian Rumah Adat Baileo Negeri Hative Kecil.  Tulisan inipun didedikasikan kepada segenap masyarakat kedua Negeri Hative Besar maupun Hative Kecil, terkhusus kepada generasi muda jojaro dan mungare kedua negeri gandong agar ikatan kultural ini tetap terjaga serta dilestarikan.

Asal-Usul Negeri Hative Kecil

            Berdasarkan tuturan orang tatua nama Negeri Hative yang artinya Berani atau Pandai. Negeri Hative dulunya terdiri atas 5 (lima) soa, yaitu:

  1. Soa Salahitu
  2. Soa Patikulipang
  3. Soa Sariman
  4. Soa Mamputty, dan
  5. Soa Lereng

Kelima soa tersebut dipimpin atau diperintah oleh Kapitan Upu Latu Parinusaa yang berdiam dalam Soa Salahitu. Anak laki-lakinya bernama Kapitan Mahudum. Datuk-datuk Hative berasal dari Negeri Tuban Jawa Timur, mereka datang bersama-sama dengan datuk-datuk dari Negeri Halong dalam sebuah kora-kora dan singgah di Pandan Kasturi. Nama datuk-datuk Hative ialah Latu Parinussa, Kaya Fula, Kaya Daud dan Nyai Mas.

Nyai Mas mempunyai seekor burung Nuri atau Kasturi. Sebagai adat dan perhiasan Nyai Mas memakai bunga rampai pada kondenya. Bunga rampai terdiri atas daun pandan. Setibanya datuk-datuk Negeri Hative di tepi Pantai maka burung Nuri atau Kasturi Nyai Mas itu terbang. Oleh karena itu tempat itu dinamakan Pandan Kasturi. Kora-kora pembawa datuk-datuk itu meneruskan perjalanan hingga tiba di Negeri Halong tempat persinggahan kora-kora itu dinamakan Batu Kora. Setelah tinggal beberapa lama di Pandan Kasturi, mereka melanjutkan perjalanannya dan tiba di Halong Batu Kora yang sekarang dikenal dengan nama Halong. Nama batu Kora merupakan nama perahu yang mereka tumpangi.

            Setelah tinggal beberapa lama di Pandan Kasturi, maka terjadilah perceraian. Datuk Kaya Fula dan Datuk Kaya Daud pergi ke Sram Timur dan mereka mendirikan Negeri Tobu. Sedangkan Latu Parrinussa dan Kapitan Mahudum dan Nyai Mas bersepakat untuk naik ke gunung untuk mencari tempat kediaman dan sampai saat ini tempat tersebut dikenal dengan nama Negeri Lama.

Setelah menetap di gunung, suatu waktu nampaklah kepada mereka seekor anjing yang mendatangi mereka. Kapitan Mahudum berfirasat bahwa ada orang yang mungkin saja baru tiba di pantai. Ia lalu menyuruh orang ke pantai untuk membuktikan hal tersebut. Seandainya memang ada orang, jemput dan bawah mereka ke gunung.

Dugaan kapitang Mahudum benar adanya. Orang-orang tersebut dijemput dan dibawah ke gunung, tinggal bersama-sama mereka. Orang-orang ini kemudian menjadi anak cucu Timorasong. Karena penduduk yang makin bertambah banyak, mereka kemudian setuju untuk memperluas daerah tempat tinggal mereka dan memagarinya dengan batu.

Dalam pekerjaan memperluas daerah Negeri Lama maka dilakukan pekerjaan besar. Untuk memagari daerah kediaman mereka memerlukan batu-batu yang diangkut dari tepi pantai ke gunung dengan melibatkan seluruh masyarakat Negeri Hative. Untuk mempermudah pengambilan batu-batu tersebut mereka menempuh cara berdiri secara berbarisan dari gunung ke pantai lalu batu-batu tersebut diserahkan dari tangan ke tangan hingga akhirnya batu-batu tersebut dapat dibawah ke gunung. Mereka pun sempat mendirikan sebuah baileu dan membuat sebuah meja yang di perlukan saniri negeri untuk mengadakan rapat. Meja tersebut kemudian dikenal dengan Nama Batu Bakar Damar.

Perang Antara Negeri Soya dan Negeri Hative

            Setelah Bangsa Portugis terusir dari Maluku, orang-orang Hative (kecil) yang melarikan diri ke Haria dan Siri Sori kembali lagi ke Pulau Ambon. Mereka menetap disebuah daerah (hutan) yang terletak antara petuanan Negeri Soya dan Petuanan Halong yang sampai sekarang terkenal dengan Negeri Lama Hative Kecil.

Menurut Rumphius dalam bukunya Ambonsche Land Beschyving denga judul Van Leitimur A Van de Dropen Van Leitimur, dikatakan bahwa Halong terdapat Hative Kecil yang 1 mil dari Benteng kearah Timur Laut. Disebut Hative kecil karena dahulu Hative Besar berada di daerah ini juga tetapi karena wabah penyakit, mereka akhirnya pindah ke arah Barat dekat Tawiri dan yang tinggal hanya beberapa orang.

Dalam tuturan orang tatua, pada suatu waktu terjadi peperangan antara Negeri Hative dan Negeri Soya, disebabkan oleh hubungan percintaan antara Jojaro Elsina Muriany dengan Mungare Hendryk Rehata dari Upu Latu Sarimau Negeri Soya. Senjata perang Negeri Hative ialah matakael cakalang dan senjata orang Soya ialah duri rotan. Dalam peperanga itu, banyak orang Hative yang tewas dan korban sehingga darah mereka mengalir seperti air dari gunung sampai ke Pantai yang kemudia dikenal dengan air mati dan disanalah ada kaki air mati. Dalam peperangan itu ada tiga soa yang melarikan diri, yaitu Soa Sariman, Soa Mamputy dan Soa Lareng. Mereka ke Jasirah Hitu dan bertemu dengan keluarga Nunumete dari Huamual. Bersama-sama mereka mendirikan sebuah negeri yang disebut Negeri Hative Besar.

Oleh karena sebagian besar dari rakyat Hative yang melarikan diri ke sana , maka jalan dimana mereka lari disebut Hatulareng yang artinya Hative lari. Rakyat Hative yang tetap tinggal dan menetap adalah masyarakat kelompok Soa Salahitu dan Soa Patikulipang terdiri atas 136 jiwa karena kondisi inilah maka disebut Hative Kecil.

Kemudian Negeri Hative diperdamaikan dengan Negeri Soya. Sebagai tanda perdamaian Negeri Hative Kecil menyerahkan Ewang Damarnya (Hutan Damar) yang sekarang disebut Ewang Damar Kecil kepada Negeri Soya, sebaliknya Negeri Soya menyerahkan bia asusengnya yang terletak di labuhan Hunipopu kepada Negeri Hative Kecil.

Perbatasan Negeri Hative Kecil, sebelah Timur berbatasan dengan petuanan Negeri Halong Batu Matitisia, sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan petuanan Negeri Soya dan sebelah Utara dengan Pantai Pelabuhan  (*)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!