Sekilas Info

Pulihkan Bumi, GPM Tanam 1.500 Pohon

TANAM POHON – Sekkot Ambon AG Latuheru melakukan penanaman pohon saat aksi yang dilakukan GPM ini dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2021, ini dipusatkan di petuanan Negeri/Jemaat GPM Soya dan Negeri/Jemaat GPM Hatalai, Ambon, Jumat (25/6/2021).

AMBON - Gereja Protestan Maluku (GPM) melakukan aksi penanaman sebanyak 1500 pohon.

Aksi ini dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2021, ini dipusatkan di petuanan Negeri/Jemaat GPM Soya dan  Negeri/Jemaat GPM Hatalai, Ambon Jumat (25/6/2021).

Pelaksaan kegiatan yang merupakan program komisi lingkungan hidup Sinode GPM diprakarsai oleh Klasis GPM Kota Ambon berupa anakan lenggua, durian, cengkih, pala, gaharu dan lainnya.

Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy dalam sambutannya yang disampaikan Sekretaris Kota Ambon AG Latuheru mengatakan, pemerintah Kota Ambon memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada MPH sinode GPM, yang dimotori klasis kota melaksanakan kegiatan ini dengan tema "GPM Pulihkan Lingkungan".

Kegiatan penghijauan dan penanana pohon  di sekitar sumber mata air merupakan salah satu cara atau langkah menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan alam, dalam upaya meningkatkan daya dukung dan fungsi lahan sehingga berfungsi optimal menjaga ketersediaan air bersih, untuk masyarakat.

"Saya percaya kita semua masih ingat bahwa di awal tahun 2020, warga di beberapa kawasan Kota Ambon mengalami krisis air bersih, sebagai akibat kemarau yang berkepanjangan yang berdampak pada menipisnya debit air.  Kerusakan lingkungan yang makin parah akibat penggundulan hutan juga merupakan penyebab utama kekeringan dan kelangkajan air bersih, " ungkapnya.

Dikatakan  kawasan hutan telah rusak karena penebangan liar. Laju kerusakan di semua wilayah sumber air semakin cepat baik karena pengundulan di hulu maupun pencemaran di sepanjang daerah aliran sungai.

Kondisi ini tentu saja akan mengancam fungsi dan potensi wilayah sumber air sebagai penyedia air bersih.

"Kegiatan penghijauan yang digagas oleh Klasis GPM Kota Ambon merupakan bukti nyata bahwa klasis GPM  Kota Ambon tidak hanya sibuk dengan ritual melainkan peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di kawasan klasis Kota Ambon.  Benar-benar peka terhadap persoalan air bersih yang merupakan pergumulan umat bukan saja hari ini tapi juga untuk masa yang akan datang.  Dan kalau ini dilaksanakan oleh sinode GPM artinya bahwa secara menyeluruh menjadi tanggung jawab kita bersama," jelasnya.

Sementara itu, Ketua MPH Sinode GPM Pendeta ET Maspaitella dalam sambutannya saat menutup seluruh rangkaian kegiatan diakhiri dengan penanganan ini mengungkapkan,

GPM berpihak kepada lingkungan. Keberpihakan itu secara teologis dirumuskan dalam membela merawat kehidupan.

Karena itu tindakan advokasi lingkungan itu bermuara pada advokasi kebijakan lingkungan dan isu yang kedepan dalam advokasi kebijakan lingkungan.

Maspaitella  mengungkapkan, advokasi kebijakan lingkungan adalah tindakan merawat satuan satuan lingkungan yang rusak atau sedang terganggu tetapi juga membentuk perilaku yang sadar lingkungan.

"Kerena itu bacaan kita tentang isu ekologi atau isu lingkungan. Dimana ini juga merupakan perilaku umat manusia bahkan terhadap sampah sekalipun ada pada level perilaku itu  karena itu bacaan kita tentang isu ekologi dalam Pola Induk Pelayanan (PIP​) dan Rencanan Induk Pengembangan (RIP) pelayanan GPM juga mengarahkan kita untuk membentuk perilaku sadar lingkungan, perilaku cinta lingkungan, cinta bumi sebagai manifestasi dari tanggung jawab teologi  kita, tanggung jawab bergereja kita di tengah-tengah bumi ini," tandas Maspaitella.

Dikatakan, GPM sudah mengalami semacam pembaruan perspektif oukimenenya.  Ridak sekedar melihat lagi bahwa hubungan oikumene itu adalah hubungan antar denominasi gereja.

"Suatu waktu kita pernah mengembangkan wawasan ekumene itu sampai kepada hubungan dengan sesama umat manusia, yang mencakup didalamnya umat beragama yang lain. Namun seiring dengan perubahan dalam dunia ini terutama kerusakan lingkungan yang semakin parah, di waktu awal dengan isu global warming, maka GPM melihat oikumene ini tidak semata-mata pada relasi antar agama, antar gereja atau bahkan antar umat manusia, melainkan relasi antara kita umat manusia dengan semua ciptaan Tuhan yang lain, sebagai anggota rumah tangga Allah. Bumi bagi kita adalah rumah tangga Allah dan penghuni bumi yaitu manusia dan makhluk ciptaan Tuhan yang lain adalah sama-samaanggota rumah tangga Allah," kata Maspaitella. (MT-04)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!