Sekilas Info

Menag: Tahun 2022 Ditetapkan Jadi Tahun Toleransi

AMBON, MalukuTerkini.com - Tahun 2022 ini ditetapkan sebagai tahun toleransi. Sebuah kebijakan yang ingin mewujudkan lahirnya suasana kebangsaan yang penuh toleransi tanpa diskriminasi.

Hal ini disampaikan Menteri Agama Yoqut Cholil Qoumas dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Plt Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama (Kemenag) Albertus Magnus Adiyarto Sumardjono pada pentahbisan Uskup Amboina, di Katedral Santo Fransiscus Xaverius, Ambon Jumat (23/4/2022) malam.

Dikatakan, bangsa Indonesia berbeda suku dan agama justru perbedaan itulah yang membuat kita tetap kokoh sebagai bangsa.

“Peran para bapak uskup sangat berperan dalam melakukan respon cepat dalam menanggapi berbagai isu yang tentu sangat krusial untuk menangani kegaduhan dan menuju persatuan,” katanya.

Kerjasama dan kolaborasi para uskup dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), jelasnya merupakan media untuk berkolaborasi bekerjasama merundingkan dan memutuskan berbagai hal terkait umat Katolik di Indonesia.

"Hal ini tentu sangat membantu kami di kementerian agama dalam menjawab menyelesaikan persoalan-persoalan secara real dihadapi umat beragama khususnya umat beragama Katolik," jelasnya

Menurut Menag, setiap uskup dan pentahbisannya akan menjadi bagian bukan karena jajaran para Uskup se-indonesia namun para Uskup sedunia  dibawah pimpinan Paus Fransiskus.

“Inilah komando dalam kepemimpinan Gereja Katolik yang menunjukkan identitas umat Katolik dan kekuatannya untuk bersatu menumbuhkan semangat kerukunan dan toleransi. Rukun dan toleransi bukan soal akidah tetapi ini adalah soal kemanusiaan di mana kita harus menghormati dan menghargai orang lain untuk melaksanakan agamanya sendiri," ungkapnya.

Karena itu, segala sikap yang menjurus pada perilaku intoleran harus dikikis dan harus digantikan dengan sikap toleransi dan menghargai perbedaan  bersamaan  tahun ini menjadi tahun penting bagi upaya untuk mengembangkan budaya rukun dan toleran dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Ia menambahkan, nikmat untuk hidup rukun dan toleran membutuhkan besaran hati dan kedewasaan dalam beragama. (MT-04)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!