Umat Hindu di Masohi Gelar Persembahyangan Hari Raya Kuningan

MASOHI, MalukuTerkini.com – Umat Hindu di Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) menggelar persembahyangan Hari Raya Kuningan di Pura Mandala Giri, Sabtu (14/1/2023).
Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) I Dewa Gede Agung, kepada malukuterkini.com usai persembahyangan tersebut mengaku Hari Raya Kuningan adalah memohon kesuburan, keselamatan dan tuntunan lahir batin kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
“Hari Raya Kuningan merupakan rangkiaan dari Hari Raya Galungan yang telah dilaksanakan pada 4 Januari 2023 lalu,” ujar I Dewa Gede Agung yang memimpin persembahyangan tersebut.
Sebagaimana diketahui, Hari Raya Kuningan adalah hari raya suci yang diperingati umat Hindu untuk memohon keselamatan, perlindungan, dan tuntunan lahir batin kepada Dewa, Bhatara, dan para Pitara. Hari Raya Kuningan juga kerap disebut Tumpek Kuningan.
Hari Raya Kuningan adalah rangkaian dari Hari Raya Galungan. Hari Raya Galungan diperingati untuk menyatukan kekuatan rohani supaya mendapat pikiran dan pendirian yang tenang. Hari Raya Kuningan ini dirayakan beberapa hari setelah Hari Raya Galungan.
Hari Raya Kuningan dirayakan umat Hindu sudah sejak sekitar 1.200 tahun silam. Menurut Lontar Purana Bali Dwipa pertama kali dirayakan tahun 882 masehi.
Umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan sebagai hari raya kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma. Hari Raya Kuningan dimaknai sebagai perayaan untuk selalu menjaga kemenangan dharma yang dirayakan saat Hari Raya Galungan.
Pada perayaan ari Raya Kuningan, umat Hindu menghaturkan sembah untuk memohon berkah, keselamatan dan kesejahteraan bagi semua umat. Pada saat Hari raya Kuningan juga memberikan persembahan kepada para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Makna Hari Raya Kuningan adalah untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-batin. Hal ini tunjukkan ujmat Hindu dengan melakukan pemujaan kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara.
Umat Hindu mempercayai bahwa para Dewa, Bhatara, diiringi oleh para Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari saja. Sehingga upacara dan persembahyangan Hari Raya Kuningan hanya diselenggarakan sampai tengah hari saja.
Ciri khas saat perayaan Hari Raya Kuningan adalah dari isi sesajen atau persembahan umat Hindu yakni berupa nasi kuning. Berbeda dengan pada saat upacara hari suci lainnya yang menggunakan sarana nasi putih.
Simbol nasi kuning ini, sebagai lambang sebuah kemakmuran sekaligus sebagai bentuk ucapan terima kasih dan syukur atas segala anugerah dari Tuhan. Makna tersebut selaras pada asal kata Kuningan yaitu "uning' yang mengacu pada kata kuning yang diartikan sebagai lambang kemakmuran. (MT-07)
Komentar