Sekilas Info

Stasiun Bumi Ambon Dukung Operasional Satria-1

AMBON, MalukuTerkini.com – Pulau Ambon - Provinsi Maluku termasuk salah satu lokasi stasiun bumi Satelit Republik Indonesia (Satria)-1 yang akan beroperasi pada awal tahun 2024.

Peluncuran satelit ini menjadi terobosan dalam sektor telekomunikasi antariksa, terutama di daerah-daerah Terdepan, Tertinggal dan Terluar (3T).

Selain Pulau Ambon di Provinsi Maluku, pemerintah juga te;ah membangun stasiun bumi satelit di 10 lokasi lainnya yaitu di Batam, Cikarang, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Manado, Manokwari, Timika dan Jayapura.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menargetkan bahwa Satria-1 akan mulai melayani kebutuhan akses internet cepat untuk titik layanan publik pada awal tahun 2024 setelah satelit tersebut berada pada orbitnya.

Saat ini terdapat tiga jenis stasiun bumi yang disiapkan Kementerian Kominfo. Pertama, Pengendali Satelit Primer yang berfungsi sebagai stasiun pusat pengendali dan pengawas alur pergerakan satelit mengontrol proses penerimaan sinyal.

Kedua, Network Operation Control (NOC) berfungsi untuk mengawasi, mengendalikan serta mencatat aktivitas jaringan yang sedang berlangsung untuk memastikan semuanya berjalan sesuai standar dan rencana yang telah ditentukan.

Dan ketiga, Gateway Satelitte (juga disebut sebagai teleport atau HUB), merupakan stasiun bumi yang mengirimkan data ke dan dari satelit ke local area network.

Gateway Ambon terpusat di Stasiun Bumi PT. SNT Jalan Suli Atas, Negeri Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng).

Peluncuran Satria-1 dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Minggu (18/6/2023) pukul 18.21 waktu Florida atau Senin (19/6/2023) pukul 07.21 WIT juga diwarnai dengan acara nonton bareng (nobar) dari Stasiun Bumi di Pulau Ambon.

Nobar itu diikuti langsung oleh puluhan siswa SMAN 3 Ambon  dan SMA Salahutu Malteng.

Peluncuran ini diapresiasi langsung oleh para siswa dengan harapan bisa mendukung akses komunikasi dalam proses pendidikan.

"Kami apresiasi dan kami senang sekali dengan adanya peluncuran ini kami tentu akan lebih gampang untuk mengakses apa saja yang berkaitan dengan pendidikan. Dan ini sangat membantu sekali," jelas Mendy, salah satu siswa SMA Salahutu.

Satria-1 ini  merupakan satelit multifungsi milik pemerintah akan menjadi satelit terbesar di Asia dan nomor lima di dunia dari sisi kapasitas, untuk kelas di atas 100Gbps.

Kepala Balitbang Kementrian Kominfo, Hari Budianto dalam sambutannya menyampaikan peluncuran Satria-1 ini juga tidak terlepas dari dukungan dari Plt Menteri Komunikasi dan Informasi RI, Mahfud MD.

"Kepada seluruh pihak yang telah berjuang keras bahu-membahu memastikan tersedianya akses internet di lokasi layanan publik melalui kehadiran Satria 1  dan secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Plt Menkominfo Mahfud MD  atas dukungannya pada kelanjutan pembangunan kemudian ini," jelasnya.

Selain itu terima kasih pula disampaikan kepada  Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas yang telah memproses dan menyetujui proyek Satria 1 dan  kepada PT SNT selaku badan usaha pelaksana proyek ini.

"Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi bagi terlaksananya proyek Satria-1. Ini adalah langkah awal untuk memanfaatkan oleh masyarakat Kementerian lembaga dan pemerintah daerah untuk lokasi penerimaan Satria 1 kemudian juga pengoperasian dan pemeliharaan remote terminal penyediaan konten dalam pelaksanaan  ini akan mempercepat ekonomi digital literasi digital," ungkapnya.

Ia menambahkan, Satria-1 adalah lembaga pendidikan yang mengharapkan juga kehadiran internet akan toleransi  ilmu pengetahuan dan keterampilan secara merata di Indonesia.

Satelit Satria-1 Melesat ke Angkasa

Sebagaimana diketahui saat satelit tersebut diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Minggu (18/6/2023) pukul 18.21 waktu Florida atau Senin (19/6/2023) pukul 07.21 WIT, terdengar bunyi gemuruh yang menggelegar saat Falcon 9 lepas landas dengan muatan satelit Satria-1. Roket setinggi 70 meter itu secara perlahan mengeluarkan api dan terbang menembus awan menuju ke antariksa.

Satelit Satria-1 yang berbobot 4,6 ton diterbangkan oleh roket Falcon 9 setinggi 70 meter dan beratnya 580 ton. Roket ini terdiri dari 3 komponen, yaitu step 1, step 2, dan fairing, yang saat ini semuanya sudah utuh dalam satu kesatuan bersama satelitnya.

Dalam waktu sekitar semenit setelah lepas landas, roket bagian 1 dari Falcon 9 akan lepas sehingga penerbangan kemudian dilanjutkan roket kedua. Secara paralel dalam 8 menit, roket 1 itu akan kembali ke bumi untuk digunakan dalam peluncuran satelit oleh klien SpaceX yang lain.

Satelit Satria-1 berkapasitas 150 Gbps ini diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 kepunyaan SpaceX. Adapun, satelit yang berjenis VerySatelit yang memiliki teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) ini punya kapasitas 150 Gbps, dengan masa hidup sampai 15 tahun.

Kapasitas tersebut untuk menyediakan layanan internet di 150.000 titik (spot) di seluruh Nusantara yang belum tertangani Palapa Ring, yakni sebanyak 54.400 titik di Sumatera, diikuti Sulawesi (23.900 titik), Jawa (19.400 titik), Kalimantan (19.300 titik), Papua dan Maluku (18.500 titik), serta sebanyak 13.500 titik di Bali dan Nusa Tenggara.

Adapun proyek strategis nasional tersebut dikerjakan oleh PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), badan usaha swasta yang dibentuk Konsorsium PSN selaku pemenang tender, untuk mengoperasikan satelit pemerintah.

Penyediaan proyek satelit ini menggunakan skema kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Satelit dikerjakan oleh PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), perusahaan yang dibentuk oleh pemenang tender yang terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera. (MT-04)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!