Pemuda Maluku Ciptakan Aplikasi Bantu Produktivitas Petani
AMBON, MalukuTerkini.com - Martin Salakory, Pemuda asal Maluku, lulusan Fakultas Teknik (FT) Universitas Pattimura (Unpatti), berhasil mengembangkan aplikasi pertanian bernama Lawamena.Id.
Aplikasi ini dirancang untuk membantu petani di Maluku dalam meningkatkan produktivitas pertanian dengan memanfaatkan teknologi.
Aplikasi Lawamena.Id merupakan proyek yang dikembangkan dalam kompetisi Genius yang diselenggarakan oleh NZMATES (New Zealand-Maluku Access to Renewable Energy Support).
NZMATES adalah lembaga asal Selandia Baru yang bertujuan mendukung pengembangan sektor energi terbarukan di Maluku.
Aplikasi ini dirancang dengan tujuan untuk membantu petani dalam proses pertanian, dengan mempermudah pekerjaan mereka melalui otomatisasi.
Selain itu, aplikasi ini juga memanfaatkan energi surya untuk mengairi lahan pertanian, agar mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
"Awalnya, saya dan tim merasa prihatin dengan kondisi petani di Maluku. Kami berharap aplikasi ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka," ujar Martin Salakory kepada malukuterkini.com, Minggu (24/11/2024).
Ia merincikan Lawamena.Id dilengkapi dengan empat fitur utama yang terintegrasi dengan sistem irigasi berbasis energi surya dan sensor tanah serta udara.
Fitur pertama, **Automatic Fertilization**, memungkinkan pemupukan otomatis. Petani hanya perlu menambahkan pupuk ke dalam bak penampungan, dan proses pemupukan akan berjalan secara otomatis.
Fitur kedua, **Automatic Faucet**, memungkinkan petani untuk mengontrol aliran air dengan mudah.
Fitur ketiga, **Automatic Pump** memungkinkan pengoperasian pompa air secara otomatis, yang sumber energinya berasal dari panel surya.
Selain itu ada juga, fitur keempat, **Automatic Dynamo** digunakan untuk mengontrol panel surya.
"Untuk menciptakan sistem ini, saya berkolaborasi dengan teman-teman alumni Fakultas Teknik Unpatti," jelas Lulusan Program Studi Teknik Mesin FT Unpatti tersebut.
Aplikasi ini, katanya, sudah terpasang dan digunakan oleh salah satu petani sayur di Desa Poka, Kota Ambon, selama hampir dua bulan dan menunjukkan hasil yang positif.
"Dengan aplikasi ini, petani tidak hanya dapat bertani secara digital, tetapi juga menghemat biaya operasional. Sebelum menggunakan teknologi ini, petani rata-rata mengeluarkan Rp 800.000 per bulan untuk membeli BBM," katanya.
Menurutnya, dengan aplikasi ini, petani bisa berhemat, sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
“Setiap petani yang menggunakan sistem irigasi tenaga surya ini tidak perlu lagi menyiram tanaman secara manual. Proses penyiraman dilakukan dua kali sehari, dengan durasi 10 menit, dan dalam waktu 21 hari, tanaman sudah siap dipanen,” ungkapnya.
Labadong, pemilik lahan sekaligus ketua kelompok tani Rajawali, menyampaikan apresiasi terhadap inovasi yang diciptakan oleh tim Lawamena.
"Dengan adanya prototipe ini, saya merasa sangat terbantu. Penyiraman dan pemupukan yang otomatis melalui aplikasi sangat memudahkan kami. Selain itu, alat ini juga menghemat biaya listrik yang selama ini sangat tinggi,” ungkapnya.
Melalui inovasi ini, Martin Salakory dan tim berhasil meraih juara pertama kompetisi energi terbarukan yang diselenggarakan oleh NZMATES pada 21 November 2024.
"Harapan kami, ada investor dan pihak pemerintah yang mau bekerja sama untuk mengembangkan inovasi ini lebih lanjut, sehingga dampaknya bisa dirasakan oleh lebih banyak petani, karena kami kurang saat ini pendanaan saja,” ungkapya.
Ia bersama rekan setimnya berencana agar dapat mengembangkan lebih baik kedepan lagi namun mengalami kendala pada pendanaan, harapan besar mereka semoga ada dukungan dari pihak pemerintah untuk dapat membantu mereka kedepannya.
Tim pengembang Lawamena terdiri dari para alumni Fakultas Teknik Universitas Pattimura, yaitu Stevi Ilela (Ketua Tim/teknisi PLTS), Martin Salakory (Programmer), Excellion Soplero (Desainer), Hendra Wattimena, dan Ekaristi Rupilu (Manajer Proyek). (MT-04)
Komentar