Sekilas Info

Pakar Kesehatan Mata UI Beri Kuliah Umum di FK Unpatti

KULIAH UMUM – Pakar ilmu kesehatan mata dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dr. Yulia Aziza, Sp. M(K), PhD (kiri) bersama Dekan FK Unpatti, dr. Farah Christina Noya, M.HPEd., Ph.D usai memberikan kuliah umum di FK Unpatti, Kamis (23/10/2025).

AMBON, MalukuTerkini.com – Pakar ilmu kesehatan mata dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dr. Yulia Aziza, Sp. M(K), PhD memberikan kuliah umum di FK Universitas Pattimura (Unpatti).

Yulia Aziza yang saat ini bertugas di Divisi Infeksi & Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI memberikan kuliah umum bertajuk ‘Infeksi pada Mata’ yang berlangsung di Auditorium FK Unpatti, Ambon, Kamis (23/10/2025).

Dalam pemaparannya, Yulia Aziza menjelaskan Indonesia salah satu negara dengan angka kebutaan tertinggi. Berdasarkan data Riskesdas, angka kebutaan di Indonesia sekitar 1,0% pada usia diatas 50 tahun.

Penyebab utama kebutaan yaitu Katarak (Sekitar 60%), Glaukoma, Kelainan refraksi tidak terkoreksi, Penyakit kornea (termasuk infeksi), dan Retinopati diabetikum. Penyakit infeksi kornea masih menjadi masalah penting kesehatan mata,” jelasnya.

Yulia Aziza yang menyelesaikan pendidikan doktoral di Universitas Kedokteran Kyoto – Jepang ini mengatakan Infeksi pada mata bervariasi ringan hingga berat.

“Evaluasi visus sangat penting dalam menentukan derajat keparahan dan komplikasi dari infeksi mata,” katanya.

Menurutnya, Dokter Umum di tahap deteksi dini harus berperan dengan melaksanakan Anamnesis komprehensif, Pemeriksaan visus, Pemeriksaan dengan lup dan senter serta Pemeriksaan dengan oftalmoskop direk.

“Khusus untuk tahap terapi awal, seorang Dokter Umum dapat memberikan tindakan medis yaitu dengan memberikan Antibiotik topikal: misalnya kloramfenikol, eritromisin, tobramisin untuk dugaan bakteri; Antihistamin topikal / oral untuk konjungtivitis alergi; Kompres hangat pada hordeolum; Edukasi tentang kebersihan tangan, larangan mengucek mata, dan pemakaian lensa kontak serta Analgesik dan artificial tears bila diperlukan,” ungkapnya.

Seorang Dokter Umum, jelasnya, juga harus melakukan rujuk cepat jika terjadi Penurunan visus yang signifikan atau mendadak; Nyeri hebat atau fotofobia berat; Kecurigaan infeksi kornea (keratitis, ulkus kornea); Trauma kimia atau benda asing dalam bola mata; Infeksi yang tidak membaik dalam 3–5 hari terapi; Adanya discharge purulen tebal akut atau berulang (kronik) serta Adanya tanda infeksi berat sistemik (selulitis orbita, dakriosistitis akut dengan demam).

Yulia yang menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata di UI ini juga mengingatkan kolaborasi lintas departemen diperlukan untuk penegakkan diagnosis dan tata laksana kasus infeksi mata.

“Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana sebaiknya rutin dikerjakan untuk mencari etiologi infeksi,” ujar Yulia yang juga bertugas di Kirana Eye Centre Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo/FKUI sejak tahun 2014 hingga saat ini.

Kuliah Umum tersebut merupakan rangkaian dari peringatan Wolrd Sight Day 2025 yang digelar oleh IDI Cabang Ambon bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), Indonesian Ocular Infection and Inflammation Society (INOIIS) dan Ikatan Alumni FK Unpatti.

Turut hadir saat kuliah umum tersebut yaitu Wakil ketua Seminat Indonesian Ocular Infection and Inflammation Society (INOIIS), Dr. dr. Made Susiyanti SpM(K), ⁠ Dr. dr. Lukman Edwar SpM(K), Dr. dr. Hasnah Eka SpM(K), dr. Angga Fajriansyah SpM(K), dr. Dina Novita SpM(K), dr. Grace Sancoyo SpM dan ⁠⁠dr. Rien Widyasari SpM. Hadir juga Dekan FK Unpatti, dr. Farah Christina Noya, M.HPEd., Ph.D.

INOIIS merupakan kelompok keahlian dibawah PERDAMI untuk para dokter spesialis mata di Indonesia. (MT-01)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!