Sekilas Info

BNPB Petakan Daerah Rawan Bencana Banjir Lahar Gunung Ibu

AMBON, MalukuTerkini.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pemetaan berbasis pesawat nirawak (drone) untuk memonitor wilayah permukiman penduduk, jalur aliran sungai dan kondisi debris flow atau lelehan material lahar yang keluar dari rangkaian aktivitas erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat, Selasa (4/6/2024) - Rabu (5/6/2024).

Material lahar yang dimuntahkan Gunung Ibu selama erupsi dan kemudian terjadi penumpukan dapat menjadi ancaman bencana sekunder berupa banjir bandang lahar hujan jika diabaikan.

Apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan terkonsentrasi di wilayah puncak gunung hingga hulu-hulu sungai dalam durasi yang cukup lama, maka potensi terjadinya bencana sekunder itu juga semakin besar.

Pada pemetaan tahap pertama, tim menyisir wilayah utara-barat laut Gunungapi Ibu dan berkonsentrasi di Desa Duono. Desa tersebut dilewati jalur hulu sungai yang nantinya bermuara di wilayah pesisir barat. Misi pesawat drone ini dilakukan untuk melihat kondisi vegetasi dan jalur sungai yang mengarah ke wilayah hilir dan melewati beberapa permukiman warga.

Pada pemetaan selanjutnya, tim menerbangan pesawat nirawak di atas Desa Togoreba Sungi yang juga dilalui sungai berhulu di wilayah utara-timur laut dan lebih dekat dengan puncak Gunungapi Ibu. Misi ini masih sama dengan yang sebelumnya, yakni untuk memonitor wilayah permukiman yang masuk dalam radius rawan bencana banjir lahar hujan.

Sementara pemetaan pada Rabu (5/6/2024), tim melanjutkan misi melihat jalur sungai yang berdekatan dengan permukiman warga di Desa Naga, atau desa terakhir yang paling dekat dengan wilayah hilir. Pemetaan area permukiman warga ini menjadi misi pertama tim untuk melihat luas cakupan wilayah, menghitung perkiraan dampak risiko bencana dan menentukan arah evakuasi serta penyelamatan.

Setelah monitoring wilayah permukiman selesai, tim akan menaikkan elevasi jelajah pesawat nirawak menuju beberapa titik hulu sungai untuk melihat topografinya.

Dari pemetaan ini, tim berharap dapat melihat kontur wilayah perbukitan lereng kaki Gunung Ibu secara detil, khususnya di area hulu yang mengarah ke beberapa permukiman warga.

Adapun rencana yang ketiga, tim akan menaikkan level ketinggian dan area jelajah mendekati mulut kawah dan area timbunan material vulkanik lahar Gunung Ibu. Misi ini cukup menantang karena kondisi cuaca di lapangan sering berubah-ubah ditambah Gunungapi Ibu masih sering erupsi dalam interval waktu antara 16-30 jam sekali perhari.

Pada misi ini, sebelumnya tim telah berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait rekomendasi yang paling sesuai untuk menjalankan misi pemetaan.

Selain PVMBG, tim juga telah berdiskusi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara untuk studi kasus dan kajian awal solusi jangka menengah dan jangka panjang. Selama proses pemetaan, tim juga dikawal oleh dua personel Babinsa yang telah ditugaskan Komandan Kodim 1501 Ternate, Letkol Adietya Yuni Nurtono selalu Komandan Posko Penanganan Darurat Erupsi Gunungapi Ibu.

Sesuai rencana, pesawat nirawak akan diterbangkan di wilayah utara kawah Gunung Ibu dari Desa Tokuoku dan Sangaji Nyeku. Dua desa tersebut berada dalam radius kurang dari tujuh kilometer dan memang berhadapan langsung dengan jalur longsoran material lahar.

Menurut warga sekitar yang kemudian juga diakui oleh tim Pos Pengamataan Gunungapi Ibu, bahwa longsoran material lahar itu memang baru terbentuk selama Gunung Ibu mengalami erupsi di tahun ini.

Sebelum erupsi, wilayah utara-barat laut dari puncak kawah utama Gunung Ibu masih berupa hutan dan perkebunan milik warga. Setelah terjadi erupsi, sebagian hutan dan perkebunan miliki empat KK tertutup material longsoran lahar tersebut.

Dalam operasi pemetaan itu, tim mengerahkan pesawat nirawak bernama Wingtra Gen-2 yang memiliki kemampuan pemetaan cepat untuk visual surveilance dan dapat menampilkan tangkapan kejadian secara langsung. Drone jenis tailsitter ini mampu menjangkau coverage area atau cakupan wilayah terbang dalam sekali pemetaan seluas kurang lebih 300 hektar selama kurang lebih 30 menit.

Sesuai dengan jenisnya, drone ini secara sistematis dapat diterbangkan secara vertikal menggunakan dua baling-baling utama yang kemudian dapat berubah mode menjadi fixed wing ketika melakukan misi pemetaan, sehingga tidak membutuhkan area lepas landas dan pendaratan yang luas. Di samping itu proses pesiapan terbangnya pun lebih cepat sehingga tim tidak membutuhkan yang waktu teralu lama dalam melakukan proses pemetaan hingga pengolahan data. (MT-05)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!