Sekilas Info

Kesiapan Rakyat Divaksin

Sejak program vaksinasi Covid-19 dimulai di Indonesia muncul berbagai slogan terkait kesiapan divaksinasi. Diantaranya berbunyi Saya bersedia divaksin', 'saya siap divaksin'. Slogan-slogan tersebut telah memenuhi jagat media sosial, bahkan disaat vaksinasi sudah memasuki periode pertama dosis kedua.

Kendati demikian sosialisasi harus terus dilakukan guna memacu kesiapan rakyat mengikuti vaksinasi periode berikutnya.

Penyuntikan vaksin Covid-19 periode pertama memang telah menandai babak baru perang melawan wabah penyakit yang disebabkan virus corona itu. Selayaknya kita semua menyambut vaksinasi dengan keyakinan yang sama dengan para pemimpin negara ini.

Dengan begitu, pelaksanaan vaksinasi dapat berjalan mulus hingga tuntas. Sesungguhnya tidak ada lagi dasar yang kuat untuk menolak divaksin.

Dari sisi sains atau medis, vaksin Sinovac telah melampaui standar efikasi 50 persen yang disyaratkan WHO. Dalam sudut pandang agama Islam, vaksin tersebut juga telah dinyatakan suci dan halal oleh Majelis Ulama Indonesia.

Keraguan yang selama ini menggelayut semestinya tersingkirkan. Kalaupun masih ada, kini yang tersisa mengipasi bara penolakan vaksin hanya onggokan hoaks. Memang, masih ada masyarakat yang mengkhawatirkan efek samping vaksin Covid-19 buatan Sinovac.

Kekhawatiran itu wajar saja, apalagi jika belum mengetahui informasi efek samping yang sebetulnya telah diungkapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Vaksin tersebut dapat menimbulkan efek samping dalam tingkatan ringan hingga sedang, seperti halnya vaksin-vaksin lain pada umumnya. Mulai dari iritasi, nyeri otot, hingga demam. Dapat timbul artinya bisa pula tidak muncul efek samping.

Hal-hal seperti ini mesti dipahami masyarakat. Tugas pemerintah, aparat di daerah, dan para tenaga pelaksana vaksinasi menyosialisasikan hal ihwal vaksin Covid-19 beserta efek sampingnya dengan gencar.

Bahkan, pemberian informasi itu harus diulang tiap kali vaksin hendak disuntikkan ke penerima. Termasuk, apa yang mesti dilakukan bila muncul efek samping. Tujuannya agar penerima vaksin tidak panik ketika tiba-tiba demam atau menderita efek lainnya. Kepanikan juga akan menyulut disinformasi alias hoaks yang merongrong program vaksinasi Covid-19.

Program vaksinasi diharapkan mampu menjadi instrumen ampuh menyudahi pandemi Covid-19 untuk seterusnya. Ini perlu waktu yang cukup panjang. Vaksinasinya saja ditargetkan baru tuntas pada triwulan pertama tahun depan.

Untuk itu sosialisasi harus terus dilakukan guna memacu kesiapan rakyat mengikuti vaksinasi periode berikutnya. (MT-04)

Penulis:

Baca Juga

error: Content is protected !!